Sabtu, 02 Mei 2015

Guru itu Membahagiakan

Di mata saya menjadi pendidik itu bukan pekerjaan mudah, memahami anak didiknya satu persatu dan tiap anak berbeda cara penanganannya..

Yang benar - benar saya ingat, saat saya duduk di bangku Sekolah Dasar saya mengenal seorang Ibu Guru yang tahu kekurangan dan kelebihan saya dan membuat saya jadi suka menulis, namanya Ibu Maria, guru kelas IV SDK Stella Maris Surabaya. 
Beliau paham kalau saya bukan anak yang bisa bertahan duduk manis di kelas, beliau mencoba memberikan saya aktifitas yang menyenangkan buat anak kelas IV SD saat itu, Jika saya sudah mulai iseng, tidak ada teguran dari beliau, dia akan bertanya baik-baik, 
"Apakah saya mau menyapu kelas?" Dan saya akan menyambut gembira tawaran itu,
 jika menyapu saya bisa sampai keluar kelas, terus ke toilet sekolah untuk mencuci tangan. 




Sabtu, 25 April 2015

Orang - orang lucu Ngobrolin Cinta #ManInLove


Ngobrolin orang -orang lucu di Man In Love dengan teman satu angkatan & sealmamater saya yang datang menikmati pertunjukan di Gedung Kesenian Srimulat, hal pembuka adalah ngobrolin si Ulin. Mungkin di otak teman saya bahwa itulah yang dialami "kita" saat berada di kampus perjuangan, dan obrolan yang nyambung adalah ngobrolin Tugas Akhir yang memang selalu penuh kisah dramatis, dan Ulin berhasil menggambarkan saat BAB...asli gokil, hancurit ! Dan lagi ada cerita tentang Pak Baroto dimana Teknik Lingkungan pernah bersebelahan dengan Jurusan Despro di Gedung H ketika menunggu gedung baru untuk kedua jurusan itu yang belum jadi. Gedung darurat yang punya nilai History, sekohor lah apalagi membayangkan teman saya penggemar progressice rock itu perokok berat...Pecah !

Sumber : ITS Proggresive Rock 2006 

Ulin perform pertama yang saya lihat di ruang sidang BG Munaf kampus perjuangan, komika yang mampu mengungkapkan kemarahan dan keresahannya dalam sebuah celetukan komedi ini punya hati Hello Kitty, alus dan peka. Terlihat dari desainnya dengan guratan tegas namun ndak lembeng, menye-menye....dengan warna kayu mengingatkan kisah pak Gepeto menciptakan boneka kayu Pinokio, tapi melihat tweep nya Ulin dia romantis bisa suka dengan karya Sapardi Djoko Damono, Hujan di Bulan Juni. Ulin yang gahar itu ?

Buat saya, nonton show komika- komika adalah kegiatan baru 3 tahunan ini dan mendapatkan
kejutan baru karena otak mereka yang ajaib. 
Berteman sama mereka itu (saya tidak ingin mendahului kehendak Allah) membuat energi baru dalam kehidupan saya dan anak saya satu-satunya. 

Menjadi bagian dari kegiatan ini meskipun dalam porsi yang cukup kecil, saya merasa senang 
dipercaya meskipun tak dapat dipercaya sepenuhnya...ha ha ha....
Team mereka solid, ada si Alif bagian ticketing yang sabar ngadepin ibu- ibu yang pesen ndak transfer-transfer, dan ada yang di Fesbuk langsung mau beli banyak jangankan hadir beli tiket pun tidak, buat saya Alif luar biasa sabar, dan porsi yang cocok banget buat menangani calon -calon pembeli tiket yang mungkin kalo saya yang melakukan, saya seperti debt collector memaksa mereka beli tiket bayar didepan, kalo ndak hadir itu urusan mereka....Alif kamu yang sabar ya..?

sumber : dari akun twitter stand up indo surabaya

Sepanjang menunggu kehadiran teman-teman saya yang akan datang di acara ini, saya banyak terhibur oleh pesulap Chavid, ada Febry yang peramal kartu, ada adiknya Wira sebagai usher, dan teman - teman lain yang membuat saya jadi mengenal band indie Payung Teduh...sayang Rere ndak hadir.

Opener di Mil adalah Ubed, saya sudah lama melihat performnya si Ubed, komika ini tampil dengan baik apalagi ketika dia menggambarkan dirinya sering dibully, tapi ngomongin Cinta jadi Ingat Tulus dengan lagu Gajah..Ubed ! guru les yang baik hatinya karena sebelum perform bantuin saya ngecharge hape saya yang lowbatt, Nyambik.....kamu keren !!

Yang saya ingin omongkan saya belum pernah memfavoritkan Wira sebagai komik, semalam dia mematahkan ekspetasi saya bahwa dia ndak lucu sebagai komik.
Saat Wira masuk dia begitu rileknya dan bagaimana  memanfaatkan bangku untuk ngobrol bersama penonton....duduk dan ada kontak mata ke audien, atau saya ndak tau dia menatap bangku-bangku penonton, sayang saya duduk di belakang, tidak tahu apa yang Wira tatap. 
Dan malam itu saya bilang dia adalah Komika Favorit saya ! Dia mentransformasi cerita sehari-harinya ke penonton, dan dia juga mendapat catatan baik dari teman seusia saya dengan performnya. Sentolop Wir !!!
Maafin saya yang selama ini hanya menilai bajumu keren Wir *Bangku Taman 2014
Buat perempuan-perempuan Surabaya, Wira memang so sweet...
cerita tentang 99 Iphone buat nembak cewe,  dia ganti 99 cewe dan bilang hanya 1 perempuan yang dia suka...Hati-hati buat kaum ibu yang punya anak cewe....ha ha ha....suklik -suklik...

sumber : dari akun twitter stand up indo surabaya

Yang memberikan saya kejutan adalah Lukman, tadinya saya merasa dia ndak lucu kalo sama kembarannya seperti robot yang disetting lucu...geregetan, saya jadi lupa beli kerupuk upil kesenengan Lukman, nanti kapan-kapan Ngrupuk cantik ya Luk...

Seperti yang sudah- sudah Pepeng selalu tampil keren dengan drama Koreanya, cerita lawas drama koreanya, dan Ibnu yang absurb saya selalu suka dengan Act Outnya...Tarian Saman...kebayang Iko Uwais jualan Martabak, buat saya seorang Ibnu yang mukanya selalu ceria dan sumringah itu pernah operasi Tumor Otak, tetapi yang diangkat oleh dokternya bukan tumornya, tapi otaknya...jadi yang tinggal di kepalanya hanya tumor...tetap lucu dan ceria, pertahankan !

Si Kardjo, juragan Nyambik nembak cewe....aaah masa cewe di ITS pake sepatu gunung ?**
sumber : Bromo tahun 1990

**iyo bener Jo, saat saya SMA musimnya sepatu injek dan kuliah naik kelas dengan sepatu gunung
(melu narsis ndak terima sandal gunung)

Memang dalam bercanda dengan anak-anak sekarang saya perlu mengkonversikan apa yang saya alami dengan apa yang dialami oleh komika -komika ini.

Saya tetap semangat dengan show-show berikutnya dari para Komika, saya sudah lama tidak hadir saat mereka uji materi di kafe karena anak saya tidak kuat dengan asap rokok dan menunggu lama.
Saya males ngomongin kekurangan tempat pertunjukan karena saya juga tidak maksimal sebagai bagian dari kepanitian mereka..jika kita tidak menghormati upaya pemkot untuk menghidupkan lagi gedung itu, siapa lagi? Kita berada dalam titik ini juga ada pendahulunya...tidak menjadikan kita jumawa...dan saya yakin komika-komika ini adalah komika yang punya rasa itu, mereka pekerja seni yang mau bekerja keras mewujudkan komika dari Surabaya diinginkan oleh stand up Jakbar..(terbukti dan fakta!)


sumber : dari akun twitter stand up indo surabaya

Penulis : Ibu rumah tangga penonton Stand Up Comedy




Senin, 30 Maret 2015

dari ADHD menuju ibu rumah tangga bahagia

'Mewujudkan impian untuk mendampingi putra semata wayang secara penuh di usia remaja adalah karunia yang tak terhingga. '

Banyak hal yang baru untuk Gw pelajari dalam hidup ini. Mengajak anak untuk fokus dan fokus tidak semata- mata semudah membalikkan tangan. Bayangan Gw ,"jika semua terorganisir dengan baik, maka kebaikan akan mengikuti."

Ingin menjadi ibu yang baik, buku yang Gw baca selama anak dalam kandungan adalah buku tentang mendidik anak dari Dr. Benyamin Spock, impian terindah untuk menjadi orang tua yang menyenangkan bagi anaknya.

sumber : google

Saat anak melewati masa sekolahnya via Home Schooling, tidak terjebak dengan rutinitas membuat Gw lebih mudah melakukan semua aktifitas. Bisa membawa anak dalam pertemuan dengan kolega. Dan cara belajar anak lebih fleksible, bahkan saat tinggal di Bogor pun Gw lebih sering melakukan kegiatan outdoor dengan jalan- jalan di pegunungan, nyobain cafe baru, kehidupan alam yang menantang. Tetapi resiko yang dihadapi, anak Gw tidak pernah mempunyai pertemanan di dunia yang nyata. Temannya dia adalah teman Gw yang lebih banyak memakluminya daripada sebaliknya.

Menjalani masa sekolah formal, menjadi kebalikan dari anak Gw yang harus fokus sekolah, tiap pagi bangun pagi dengan jam yang sama, menjalankan rutinitas. Sementara Gw yang membawa pekerjaan ke dalam rumah berjuang untuk melawan bahwa sebenarnya Gw yang terkena Attention deficit hyperactivity disorder.

Perjuangan Gw untuk fokus dan fokus mewarnai hari-hari, rasanya Gw baru mikir untuk 2 minggu lagi tapi sudah melaluinya dengan cepat. 

Biasanya hampir tiap hari bertemu dengan orang baru, create proyek baru, tetapi yang terjadi Gw masih berkutat dengan kehidupan pribadi. Terkadang jika WA lagi ada perbincangan seru, mulai grup SMP, SMA, Grup Jurusan TL, Grup Keluarga, Grup Manggis, sahabat-sahabat...hingga Line & Path Grup Begejil, di FB grup sahabat-sahabat dan Kantin ITS, BB sudah jarang ditengokin, tetapi selalu sayang dengan informasi yang terlewatkan. Sehingga Gw ndak fokus nulis. Belum lagi jika ada tayangan Fox Crime, NCIS, Threat Matrix, Gang Related, CSI Miami, Criminal Minds, Empire dari Star World bisa seharian di depan media TV. Masuk ke kamar mandi, jika bau urine, fokus Gw terabaikan dengan berlama-lama menggosok kamar mandi. Apalagi susunan buku yang tidak rapi, dan bon-bon belanja serta struk ATM yang bertebaran bisa membuat Gw ingin merapikan, menjepret untuk mengecek padahal jika dulu ada sesuatu yang membuat jadi kenangan manis, namanya nota bisa masuk ke dalam diary. 

Kemarin malam ada peristiwa yang membuat Gw harus kembali fokus dan fokus, Anak Gw ikutan lomba menulis yang pengumumannya sudah 3 bulan yang lalu dan dikumpulkan pada tanggal 30 Maret 2015 sementara semalam tanggal 29 Maret 2015 tulisan itu baru jadi dan tanpa edit, dan Gw menyodorkan diri untuk mengedit tulisan baru terkesiap sambil membaca tulisan sebanyak 40 halaman ada tulisan seorang anak dengan kondisi sama seperti Gw, meledak-ledak idenya, euforia, tetapi begitu jadi tulisan seperti pesta pora anak RAP, anak gank motor, dicampur anak yang suka datang pengajian bertemu dengan ibu-ibu majelis taklim. Gw bukan meremehkan anak Gw tapi itu tugas Gw sebagai Ibu yang harus membimbingnya supaya baik jalannya.....Tuk Tik Tak Tik Tuk....
sumber : google

Mulai hari ini Gw harus berubah, tidak menyalakan televisi pagi hari serta membaca WA, Line. Telpon eyangnya Rama, adalah kewajiban pagi setelah antar sekolah. Jeruk Nipis peres mengawali mood sebelum sarapan dan ngopi ektra booster. Belajar menulis dan menulis lagi di blog. Memindahkan Line dari device smartphone di laptop, bahkan WA juga supaya tidak seperti orang bego berpaling dari satu device ke device lain, BB sudah aman isinya adalah dagangan semua. Sahabat- sahabat Gw sudah tau kalo WA sama BB diam aja gak dijawab- jawab, langsung Call. Pekerjaan domestik sudah dilaksanakan, nyapu halaman, nyapu rumah, bersihkan tempat tidur, ngepel, dan nyuci baju. Gw mulai menata buku-buku lagi. Belajar masak lagi seperti saat di Bogor, ternyata cuaca dan sayur-sayuran serta buah-buahan segar di pasar Bogor membuat mood Gw seperti pengen jago masak. Kalau di Surabaya hampir dikata Gw jarang banget masuk pasar. Kecuali pasar kaget yang biasa dilewati saat antar anak sekolah, bikin macet dan buat Gw tidak berselera memasak.
Fokus ! kalau lewat pasar bisa diabaikan kemacetannya, fokus terhadap sayur yang ingin dibeli. Seperti saat Gw jadi pedagang online, Gw bisa seharian fokus sama tas pembungkus barang dagangan, dan Gw beli khusus plastik bag bunga- bunga dari Batam. 

Gw sadar otak Gw  ndak bisa multi tasking, dan secara impulsif tiba- tiba ingin mengeksplorasi dunia baru, aktifitas baru, memenuhi tantangan untuk mendidik anak Gw secara baik, menempatkan pada lingkungan yang baik, mengenalkan dia mulai dini dengan orang- orang yang membuat dia belajar akan kehidupan. membesarkan anak yang sehat secara emosional, ulet, dan percaya diri. 

Dari masakan Gw akan menumbuhkan hubungan yang sehat antara anak dan ibu dan membuat tubuh sehat yang mengajarkan cinta dan penerimaaan diri. Gw percaya anak yang percaya diri akan membuat sinar harapan yang sempurna yang membuat kita tidur dengan nyaman di malam hari karena percaya bahwa Allah selalu melindungi kami sekeluarga.
Amin YRA.





Sabtu, 07 Februari 2015

ITS RUMAH KITA SENDIRI

Pada saat saya lahir saya tidak bisa memilih orang tua mana yang saya inginkan. Mungkin juga suatu saat nanti sang Maha Pencipta bisa direquest, saya minta jadi anaknya Sultan Bolkiah, kenapa ? Iya Tuhan soalnya kaya, tapi saya bisa request sama Sultan Bolkiah, kalau saya nikah baju nikahnya tidak berhijab, kan enggak bisa seperti itu juga. 
Bukan kebetulan saya lahir dari kedua orang tua alumni ITS, karena saya rasa tidak ada hal yang namanya kebetulan, pasti ada alasan indahnya. Akhirnya saya ditakdirkan juga masuk ke ITS dan ketiga adik saya pun alumni ITS. Padahal saya ingin sekali kuliah di Bandung di universitas negeri jurusan sosial. Lingkungan pergaulan saya pun akhirnya selektif juga, saya berteman dengan anak-anak yang ortunya alumni ITS, tetapi Maha Pendengar mengabulkan permintaan saya, masuklah saya ke jurusan Teknik Penyehatan, jurusan baru dimana sebagian besar dosennya alumni ITB. Jadi saya merasakan aura keragaman dalam hidup saya, tidak lihat kiri ITS, lihat kanan ITS, maju mundur cantik. Masuk ke jurusan itu, saya selalu menghadapi berbagai pertanyaan dari teman- teman saya, jurusan apa sih ? TP = Teknik Perempuan ? atau jurusan yang membuat alat-alat kesehatan, Jurusan Aerobik supaya sehat selalu :) . Pertanyaan itu selalu muncul ketika di Teknik Penyehatan dan berubah setelah berganti nama menjadi Jurusan Teknik Lingkungan, bukan Progam Studi lagi dari Jurusan Teknik Sipil. 

Saya bukan orang yang gagal move on, tetapi ada kejadian yang lucu pada saat saya duduk di bangku Sekolah Dasar SDK Stella Maris Surabaya, saat itu saya kelas 5 SD, sekitar tahun 1981. Saya adalah penikmat mata pelajaran IPS dan selalu mendapat nilai terbaik dari pelajaran itu, ternyata saya tidak mendapatkan nilai sempurna karena saat menjawab singkatan dari ITS adalah ? Saya jawab Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan jawaban saya dicoret dan saya protes ke guru saya dan memberi bukti nama ITS dan ternyata semua isi kelas menjawab ITS adalah Institut Teknologi Surabaya, sama seperti ITB, dan gurunya pun tidak mau diberi tahu sama saya bahwa kebenaran itu pahit Jendral ! Dan sampai sekarang saya tidak bisa melupakan kejadian itu.

Kembali lagi ke ITS, saya mendapatkan pertanyaan dari senior - senior saya ketika saya yang tidak punya Hak Vote di media sosial lebih mendukung Profesor Joni Hermana daripada kandidat yang sebenarnya saya tahu kapasitasnya tapi alumni ITS. 
Saya tahu teman- teman di Jakarta sungguh mencintai ITS dan selalu memperjuangkan nama ITS menjadi perguruan terbaik di ibukota. Perasaan kecewa bercampur aduk pastilah dirasakan keluarga besar saya yang membesarkan saya di Jakarta, keluarga IKA ITS.
Beda sekali yang saya rasakan di Surabaya, di perantauan kita jauh lebih guyub daripada teman-teman yang begitu lulus mereka menetap di kota Surabaya, bahkan saat reuni jurusan ketika saya minta untuk tetap menyanyikan lagu Hymne ITS, mereka pada kelabakan, gak hafal. Di Jakarta, karena ada event yang melibatkan nama besar ITS, kami jadi hafal lagu itu, bahkan mengusung Paduan Suara Mahasiswa untuk menyanyikan hymne ITS di Jakarta. 
Tidak dapat disalahkan di lingkungan kampus para dosen, karyawan dan mahasiswa lebih memilih kandidat yang ternyata bukan alumni ITS. Saya sebagai mahasiswa dari beliau jelas mendukung beliau bukan karena saya tidak punya golongan darah ITS, tetapi saya lebih berpikir bahwa saya percaya dengan beliau, seorang pendidik, dan saya lulus TAnya diuji oleh beliau, sumber- sumber materi saya juga saya dapatkan dari sepupu saya Teknik Fisika ITB, dan pembimbing TA saya juga alumnus ITB. Tapi dimanapun saya berada saya bangga jadi Alumnus ITS.
Kebiasaan bergaul dengan orang di luar ITS membuat saya di lingkungan pergaulan kerja di Jakarta, saya tidak minder berhadapan dengan alumni manapun juga. Bahkan saya bekerja di perusahaan yang Ownernya lulusan ITB seorang technopreanur, orang Tionghoa, masih merayakan imlek, tetapi ketika rapat ada suara adzan, beliau berkenan saya meninggalkan ruangan untuk menjalankan kewajiban sebagai umat muslim. Di salah satu BUMN saya diterima oleh Bos saya Ketua Iluni UI untuk Bridge, dan saya direkomendasikan teman ITS ke bos saya itu, tapi beliau selalu menghargai saya ketika saya berorganisasi dengan IKA ITS Jakarta Raya, beliau selalu dukung saya. Dan sesekali saya ijin pulang lebih awal karena ada kegiatan alumni di Jakarta. 

Apa yang saya rasakan mudah-mudahan bisa dirasakan oleh Prof.Joni Hermana, dimana kita berpijak disitu langit dijunjung. Di lingkungan kampus Prof Joni jauh lebih populer daripada di lingkungan Alumni ITS, karena memang beliau tidak pernah diundang karena bukan alumni ITS. Menurut saya teman- teman Alumni yang masih kecewa Tidak Kenal Maka Tak Sayang....gitu saja kok repot.
Saya tidak ingin sebagian teman- teman Alumni hanya bisa kecewa, Insha Allah Prof Joni Hermana dapat mewujudkan bahwa ITS adalah rumah kita. Dimana alumni bisa tetap berhubungan baik dengan almamaternya dan civitas akademika yang berada di dalamnya. Lupakan proses pemilihannya, saya rasa biar negoisasi dengan pak Menterinya hebat, saya anggap menterinya menikmati sirup jadi kebanyakan, Suara orang waras masih dikawal lebih 1 suara itu bukan kebetulan, itu adalah Jalannya Allah. 
Di Surabaya ada 2 koran lokal yang memuat berita terpilihnya Rektor ITS, di rumah saya langganan koran Surabaya Post, dan saya beli koran Jawa Pos untuk pembanding berita. 
Nah koran yang satu ini memang lebih provokatif dia berada di Surabaya tetapi nadanya tidak enak, jadi buat resah para alumni di Jakarta. Kalau saya jadi Alumni yang nggerundel, diperdatakan saja korannya karena tidak punya kode etik bagaimana menulis judul yang baik, pemilihan Rektor ini bukan masalah ITB dan ITS, tetapi bagaimana kita memilih orang baik dan orang yang belum mau jadi baik lagi. 
Bacaan saya Surabaya Post, komposisi beritanya eleganlah. 

ITS Rumah Kita Sendiri, sederhana namun maknanya dalam. 
Saya legalisir ijazah saya untuk kepentingan tender, di rektorat ijazah saya dilegalisir sama beliau, saya ndak canggung berada di kampus, yang mungkin orang kampus sudah tidak ingat saya Alumni sana. 
Mari kita dukung bersama, sudah tidak mempermasalahkan lagi alumni mana, darimana kita berasal, dinamika yang kita jalani adalah proses menuju yang terbaik yang kita dapatkan, saya juga tidak menyesali saya lulusan ITS, meskipun saya banyak bekerja di bidang komunikasi. 

Salam Manis Selalu


Bersatulah semua seperti dahuluLihatlah kemuka Keinginan luhur kan terjangkau semua 
- Lirik Lagu Pemuda (Chaseiro) -

Selasa, 17 Juni 2014

Desperate Housewives

Tidak pernah saya berpikir bahwa ada masanya saya berada di rumah, tidak berkarir namun ada ketulusan dalam menjalani, hiburan saya di rumah nonton tv kabel dan salah satu tontonan saya (sebenarnya ini bukan favorit saya) adalah Desperate Housewives. 

Salah satu peran film drama ini yang membuat saya selalu menertawakan diri sendiri adalah peran Eva Longoria sebagai Gabrielle Solis, lucu banget dia punya anak namanya Juanita dan homeschoolling pula serta punya minat yang gampang banget bosan. 


Suatu hari dia mendatangi seorang Romo di ruang pengakuan dosa, bukannya membuat pengakuan dosa dia curhat bisa gila kalau anaknya homeschoolling, dan menginginkan anaknya masuk sekolah Katolik yang cukup bergengsi di daerahnya dan kebetulan Romo yang dikunjungi saat pengakuan dosa adalah salah satu birokrat di sekolah itu, dan dia melempar uang demi memasukkan anaknya sekolah di situ. Dan seperti diduga sang Romo menolak pemberian uang tersebut, namun dia tidak putus asa untuk menemuinya lagi, dan sang Romo bilang Juanita bisa masuk jika ada anak yang mengundurkan diri dari sekolah tersebut.

Saat menemui suaminya di kantor, tanpa sengaja bertemu staff yang cemerlang di kantor suaminya, yang ternyata anaknya bersekolah disana. Makin panaslah Gabrielle sehingga menyarankan sang suami untuk memutasi staff di Miami demi sang anak bisa bersekolah di sana dan sang staff mengalami kenaikan karir.

Di sesi selanjutnya adalah ketika sang anak sudah bersekolah di sana, Gabrielle menghadapi situasi bahwa Susan Mayer dengan anaknya MJ yang bersekolah disana masuk dalam kelompok binatang Macan Tutul. Ada kelas matematika yang dikelompokkan dengan Kelas Tupai, Kelas Jerapah dan Kelas Macan Tutul yang konon adalah kode kepintaran anak. Kelompok Tupai kata si Susan Mayer adalah kelompok anak dengan kemampuan respon lambat. Sang Ibu Gabrielle tidak tinggal diam, bersikap aneh dengan menemui Kepala Sekolah....ternyata ini jadi drama yang kuat sehingga akhirnya antara Gabrielle dan Susan Mayer bertemu serta curhat- curhatan, dan Gabrielle bilang Anak gw si Juanita itu adalah pride gw..dan lucunya Susan Mayer masih nyeletuk kelas bahasa Inggris anaknya MJ di kelas Pinguin dan si Juanita di kelas berang- berang....

Hahaha....drama yang bisa buat kita menertawakan diri sendiri, kalo saya mengantarkan les anak saya terus menunggu hingga kelas selesai, selalu ada ibu- ibu yang heboh tentang ini..., dan saya tidak mau terjebak Drama seperti desperate housewives, saya bilang anak saya bersekolah di homeschoolling, meskipun teman2 satu kelasnya anak SMPN 6 Surabaya, dan saya selalu mensupport anak saya bahwa meskipun berbeda dan kamu mau melanjutkan ke sekolah formal tidak ada salahnya belajar bergaul di kelas tersebut. Apapun hasilnya nanti itu adalah pilihan dia, dan Insha Allah saya  bisa menghargai hasilnya, dan kalau dia masih homeschoolling bisa - bisa saya seperti Gabrielle hahaha....




Jumat, 28 Maret 2014

Pemirsa menunggu 10 besar Stand Up Comedy Indonesia #SUCI4

Masih ada pilihan memilih channel televisi di tanah air yang membuat sehat, Salah satunya nonton progam acara Stand Up Comedy Indonesia dari Kompas TV. Untuk SUCI4 yang disiarkan secara taping dari Balai Kartini Jakarta kami menonton di layar kaca. Tentu banyak editan dan sensor daripada kami menonton live seperti SUCI3 setahun yang lalu di Usmar Ismail.

Tayangan ini dibawakan dengan host yang berbeda dari tahun kemarin yaitu Koh Ernest Prakasa & Babe Cabita pemenang pertama SUCI3 with Muporhadutnya (Muka Porno Hati Dangdut). Pasangan yang sama-sama tidak setinggi pemain basket berinteraksi dengan baik, saling mengisi. Formasi jurinya  tetap, kalau di session sebelumnya hanya 2 juri tetap, yang satunya bergantian kalau tidak Jono, Tora, Pongki Barata, Fenny Rose atau pebalap wanita. Di session 4 kali ini juri tetapnya  adalah Pakde Indro, Raditya Dika, FennyRose 
serta komentator bugil (bule gila) si Jono yang jadi bumbu kekacauan komentator bule yang lagi belajar adat dari berbagai suku di Indonesia. Dan bersama Babe mereka berdua bisa kesurupan.

Sumber Foto : Twitter Kompas TV

Di minggu ke 5 ajang pencarian bakat komika ini temanya Penghargaan Film Horor Indonesia, tersisa dari 16 finalis menjadi 11 finalis, Untuk progam kali ini selalu diumumkan komika favorit pilihan pemirsa yang dilaksanakan via sms. Di 2 minggu pertama favoritnya adalah Dodit Mulyanto dari Surabaya dan minggu ke 3 dan ke 4 berturut - turut adalah Praz dari Padang.  Tentu saja menjadi komika favorit bisa mendapatkan hak istimewa menentukan siapa komika pertama perform dan dia perform di urutan ke berapa. 

Komika pertama yang perform adalah dari kota Bogor yaitu Dzawin. Komika dengan background pesantren ini tampil dengan rilek membawakan materi horor di pesantren yang berlokasi di Banten yang bikin jiper kalau nonton film horor di tempat horor. Membahas Doraemon dengan tokoh Nobita yang ibunya gak pernah ambil rapot, hingga bit terakhir menirukan profil Dodit Mulyanto dengan baik tidak sia-sia ajaran mentor Mathias Muchus sehingga Balai Kartini pecah dan standing appaluse buat komika yang tampil awal ini.

Komika ke 2 Praz dari Padang, dengan set up yang bertele-tele dan dia berusaha meyakinkan kenapa orang Padang cara bicaranya pakai Gua, soalnya bahasa Padang demikian ribetnya seribet bikin rendang, tidak mudah dipahami pemirsa. Penampilan Praz yang bertele-tele tertolong dengan akting dan cara bertuturnya. Kali ini buat gw bitnya kurang mantap lucunya.

Saya sudah lupa urutannya, saya sebut saja Sri, satu-satunya komik wanita yang lucunya ajaib. Pecinta Raditya Dika sehingga hostnya saja istimewa, Raditya Dika sendiri. Sri dengan kekagumannya dengan juri satu ini, cukup membuat pecah ketika dia bercerita jika main film pemirsa pasti tahu dengan siapa dia bermain dan tentunya akan diputar di channel Animal Planet karenajudulnya hewan semua...tingkatkan performamu Sri 

Lian sebenarnya dia menceritakan hal yang keren film 300 dimana 300 prajurit Sparta turun ke medan perang melawan Kekaisaran Persia akibat tidak mau tunduk begitu saja.
Dan rajanya Leonidas, film ini keren dan dibawakan secara komedi bahwa pria beristri lebih senang berperang, jadi kesimpulannya pria lebih takut sama istri daripada perang...Tapi tidak semua penonton tahu film ini jadi deliverynya kurang baik, seharusnya materi ini lebih disederhanakan dengan set up cerita prajurit sparta jumlahnya 300 orang melawan ribuan prajurit Persia.

Arif Alfiansyah dari Surabaya, komik mungil bersuara cemprengnya anak-anak, tapi lincah ini, lebih nendangnya di Kapten Tsubasa daripada ngomongin sinetron dengan menaikkan alis. Lebih diekplore lagi gaya lincahmu yang kayak bola bekel.

Abdur tetap menawan dengan cerita Timurnya, dengan logat khas dan bahasa santunnya khas orang Timur, " Istimewa, berdarah- darah, Mama sayange Hei..." tanpa Asik-asik sudah ketauan dia udah kena pengaruh kota Malang. Saya melihat Abdur pertama kali perform di Unmuh Malang jadi pembuka Mesakkebangsakunya Pandji. Kali ini bit Kepiting Selingkuhnya kurang asyik, tapi mengalir cerita Timur yang konsisten, orisinil seperti membawa kami berada di sana. Abdur mampu memvisualisasikan kondisi disana dengan manusia- manusianya hei Nona potong bebek angsa, Bapa dan kamu Abdur yang gak ngingetin saya Arie Kriting dengan tekling - mata menyalanya. Saya yakin masuk 10 besar kamu sudah membuat pemirsa bilang kamu Abdur bukan Arie Kriting, analoginya lihat Dewi Persik & Anang Hermansyah atau Dodi Is Kahitna sama - sama orang Jember tapi beda.

Nah ini dia salah satu favorit saya komika dari Surabaya, Dodit Mulyanto, wajah natural, lugu medok daerah Selatan Jawa Timur, kalau ke Utara bahasa Jawa Timuran semakin kasar. Memegang erat budaya Eropa kali ini dia tidak membawakan biolanya. 
Sumber Foto : Twitter Kompas TV

Yang bikin saya tak lupa siapa bilang orang Jawa gak gaul pakai blangkon terus, yang jelas sudah pakai topi gaul tulisannya Blangkon. Saya rasa Dodit ini mematahkan bahwa komika selalu memakai kata Gue, dan inilah komika rasa Jawa, analoginya Soimah si cempreng taste hip hop amerika, Dodit komika yang menganut budaya Eropa. Mengingatkan saya dengan penduduk jajahan Belanda di perkebunan dan Dodit adalah pribumi yang kepo dengan permainan biola Noni Londo putri pemilik perkebunan, kemudian Dodit berujar kepada Noni itu kalem tapi menohok buat ketawa. Mungkin itu skenario yang pas kalau Dodit dibuatin film horor.

Hifzi, berbodi besar montok tapi cara berujarnya lucu, menggebu-gebu seperti anak kecil yang minta dibelikan es, anak ini jujur, dan lugu banget. Lucunya itu adalah cara artikulasinya dan celetukan pada akhir bit. Kali ini dia tampil paling maksimal dibanding minggu- minggu sebelumnya. Bit yang lucu Es Teh Si Sri Sayang Bang Radit Pakai Gula Batu.

Yudha Keling, kali ini dia tampil dengan membawakan pesan sponsor Marmut Merah Jambunya, masih membawa kejelekannya di panggung dengan membawa nama Radit buat saya menjadi kurang kreatif. Saya tidak tahu kenapa kali ini Yudha keling tampil tidak seKeling biasanya, bit-bit menertawakan diri sendiri, please Yudha seharusnya kamu tampil membaiklah minggu ini..

Coki silebay dengan gesture semua bisa goyang, seperti Glen Fredly membawakan lagu yang pertama, semua bergoyang. Coky sukses membuat penonton pecah dengan penyiar bola dibawa ke acara pemakaman. Coky banget dengan ketawa yang mengerikan, lebay tapi kali ini berhasil lucunya.

David anak Betawi, sukses juga membawa rasa efek makan semur jengkol, cara khas orang Betawi yang ngomongnya mantek, ketika si Pitung ketemu Iron Man, buat kita semua pecah ketawanya. Ditutup dengan Leha, kopinya 2 seperti membawa saya naik Angkot M24 jurusan Slipi- Rawa Belong - Kebun Jeruk _ Srengseng dimana percakapan Betawi selalu hadir disana. 

Dan akhirnya close mic untuk session 5 adalah Yudha Keling, padahal saya memperkirakan yang tidak aman adalah Praz, Lian, Arif dan Yudha Keling. Dan kandidat close micnya adalah Praz karena flat tapi aktingnya bagus.

Harapan pemirsa adalah SUCI4 harus lebih keren materinya, tahun lalu materinya bagus-bagus, ada rasa Tapanuli lewat Bene, rasa Timur lewat Arie Kriting dan rasa absurb lewat Fico. Kali ini ada rasa Jawa lewat Dodit Mulyanto, rasa Betawi lewat David, rasa Timur lewat Abdur, rasa Alay lewat Coki, rasa pungguk merindukan bulan lewat Sri.

* Penulis adalah seorang ibu rumah tangga yang kepo dengan dunia yang diminati anaknya yaitu Stand Up Comedy untuk menjadikan bahan diskusi dan obrolan menarik di rumah.



Sabtu, 22 Maret 2014

Genre Komedi Demokrasi #BangkuTaman

Teriknya matahari di Kota Surabaya, tidak membuat manusia di kota ini hanya bisa misuh dan bicara kasar. Tetapi orang Surabaya ini terkenal lucunya. Sejarah membuktikan bahwa di jaman penjajahan Jepang pun orang bisa guyonan. Salah satu parikan dari Cak Durasim yang namanya diabadikan menjadi Gedung Taman Budaya Cak Durasim milik pemkot ini adalah "Pagupon Omahe Doro, Melu Nippon Nambah Soro." 

Pemilihan cerdas buat penggagas acara Bangku Taman "Dono" untuk kembali ke Gedung ini agar para komedian tidak melupakan sejarah komedi, meskipun Stand Up Comedy yang diadopsi dari bahasa Inggris seperti komedian-komedian luar tetap tidak melupakan sejarah komedian leluhur Suroboyo. Dijajah Londo tapi tidak melondo. 
Masuk ke Gedung Cak Durasim seperti flash back bahwa tahun 80an, warga Surabaya punya THR dan seperti melihat bapak saya mengajak kami sekeluarga nonton Srimulat, dan masih terbayang candaan almarhum Asmuni "Hil Mustahil", almarhum Gepeng "Untung Ada Saya" , Mamik Prakoso " Mak Bedunduk". Kemudian terbayang kembali saat saya merantau di Jakarta, dimana komunitas arek Suroboyo di kota itu selalu mengajak kami kembali tidak melupakan akar budaya menonton Cak Kartolo di TIM dengan tiket Rp.350.000,- sebelum pertunjukan kita bisa menikmati Lontong Balap, dan Semanggi yang rasanya gak enak dengan harga Rp.20.000 per porsi, bila pakai kerupuk puli harganya nambah lagi jadi tidak include tapi kuliner itu tetap rame timbang di Sepak Jaran demi eksis dadi warga Surabaya yang merantau di Jakarta. 

Karena saya tidak minggat, saya kembali lagi ke Surabaya. Nonton acara Stand Up Comedy yang diperkenalkan oleh anak saya yang bacaan bukunya Raditya Dika, mungkin tahun 80an saya dengernya kaset Prambors, Cak Kartolo, Cak Sidiq jadi baru saya baca 2 halaman wes males neruskan (maklum beda generasi ), dari acara open mic saya mengenal komunitas Stand up Comedy Surabaya, menurut saya lebih baik daripada saya yang ibu-ibu bergaul dengan ibu-ibu arisan di cafe, dan nurut sama anak saya untuk menyukai acara ini, kadang saya bingung kenapa anak saya seperti bapak saya ngajak ke seni pertunjukan komedi, justru kaset - kaset Warkop Prambors yang dibelikan bapak saya kan inisiatif bapak saya, kemudian setelah saya punya anak, justru inisiatif dialah yang membuat saya datang ke acara-acara kompetisi Stand Up Comedy yang diadakan oleh Kompas TV.

Kembali lagi ke Cak Durasim, saya tidak menemukan saat masuk ada booth Starbuck ngopi2 terus ngobrol dulu dengan artis - artis nya seperti di Gedung Kesenian Jakarta. Acara ini jauh dari sponsor dan dukungan pemkot padahal termasuk yang memperkaya hiburan di kota ini. Komunitas Stand Up Surabaya dengan modal twitter secara mandiri membuat hiburan segar dan pertunjukan ini berjalan hanya mengandalkan dari penjualan tiket yang hanya Rp. 25.000 - Rp.35.000 dengan kapasitas penonton 500 orang. Tetap bonek, energi anak muda. Masuk tekape disambut oleh Angga Prameswara tokoh komunitas ini, dan artis-artis Kompas TV, Muslim & Yudit. Seperti keluarga Spongebob square pant manusia-manusia lucu ini ingin membuat nyaman pengunjung untuk hadir ke rumah mereka, dan terbayang wajah-wajah penyuwek tiket, terus terang saya anti kalau lihat tiket yang bisa dijadikan pembatas buku terus disuwek dengan tidak hormat, ternyata kegalauan saya tidak terbukti, sekarang mereka pakai gunting.

Duduk manis sambil mengamati bahwa gedung ini sudah terisi 90% penonton, dengan arahan yang tertib dari para anggota komunitas ini, panggung yang sekeling Yuda Keling (finalis Suci4) dan sorotan Lighting di depan kiri kanan panggung, akhirnya para audien menunggu waktu dengan main Pokopang dan eksis di media sosial. Tanpa backsound, tanpa kehadiran penjual pop corn, dan akhirnya saya pun eksis di twitter, " ayo Dono lang ndang dimulai." 

Dimulai dari kwartet akustik di kiri panggung (dilihat dari posisi penonton) yang semuanya anggota komunitas ini, dan gak tau mau ngapain, sampai salah satu personilnya metik gitar Doremifasollasido udah ditepokin para abege....sampai akhirnya Dono maju, malam ini Dono sang penggagas tampil loyo (mungkin energinya sudah habis mikirin pertunjukan), tidak selucu saat dia ngemce di acara open mic, dan sepertinya dia juga merangkap sebagai Lighting Desainer sehingga perlu teriak sama operatornya Dimmer Mana Dimmer ? (ini bahasa saya bahasanya Dono tidak sembois itu tapi itu maksudnya). Dono tampil sebagai MC pembuka, dan membacakan tata tertib untuk penonton saat pertunjukan. Sudah standard internasional meskipun diselipin dengan khas Dono. Pembukaan acara ini jeda terlalu panjang, tapi terhibur saat semua cahaya sudah digelapin, dan opera dimulai...Untungnya gedung ini punya akustik yang bagus tidak seperti di Grah ITS yang suara bisa ambyar kemana- mana, gak perlu mbayar larang Sound Engineer. 


sumber foto : twitter standupindo Surabaya

Untuk budget hemat property serta penayangan tata cahaya cukup lumayan, meskipun tanpa Follow Spot, serba minimalis buat kaum fotographer dan cameramen video tetap manis diabadikan. Sekali lagi saya salut dengan usaha seni pertunjukan, kalau tidak salah Art Directornya Deddy Gigis ya ? 

Dengan alunan akustik, komika pertama dibuka dengan keresahan Wira atas adegan di Taman, hal yang terjadi membuatnya nampak bullshit diabadikan dengan guyonan segarnya. Komika berpenampilan terbaik ini pasti lolos dari Fashion Police, Old School Fashion Stylenya mampu mencuri abege-abege cewe untuk tepok tangan walaupun Wira banyak misuh untuk cewe unyu-unyu...Kalau Wira lolos jadi finalis Suci4, pasti produser sudah buatin progam Fashion Kepo. Sweater yang mencuri pemerhati fashion membuat Wira sebagai pembuka tampil aman.

Sumber Foto : Twitter StandUpIndo Surabaya

Komika kedua adalah Idham Bangsa, busyet si Nizam mirip banget dengan komika ini. Gaya menaikkan celana khas kegendutan dan mengakhiri dengan pesan-pesan politik, Idham sepertinya nyadar kalau dia berada dalam kepemimpinan tokoh ORBA, yang masih dalam kasus HAM tahun 1998 dia sudah tidak bebas berak di sembarang tempat.

Komik Ketiga Firza, namanya sama ya dengan nama saya. Tapi nama saya dirancang dengan baik karena saya anak pertama dari kata First karena nama bapak saya diawali dengan huruf F nama saya harus pakai huruf F, dan nama sambungannya Firsa Hanita karena ibu saya namanya diawali dengan huruf H, dan saya Wanita...sebenarnya nama yang maksa, tetapi ini buah keromantisan kisah kasih ortu. Dan nama komika ini Firza sebagai anak kedua mungkin karena pas ngasih nama bokapnya lagi mabuk cinta. Komika ini seorang Family Man, mengajak keluarganya untuk menonton dia perform, dan ada empowering bahwa meskipun dengan kenakalannya dia menceritakan bapaknya, tapi ada nada bahwa dia rindu dan cinta akan bapaknya. Buat saya Firza adalah Munaharom = Muka Nakal Hati Roman....semoga kamu jadi komedian sukses yang membanggakan bapakmu ya..


Ada Ubed, pecinta Coboy Junior yang terobsesi jadi Iqbal. Bajoel dengan pisuhannya khas Suroboyo "sakno pacarmu Le....", ada Syahdam dengan komedi berbahasa Inggrisnya semoga cita-citamu bersama Cinta Laura & Agnes Monica untuk Go International lancar jaya seluas wilayah cakupan Indomart. Ada Kardjo anak Teknik Lingkungan ITS sealmamater sama saya, tapi dia anak Wagir, beda jaman kalau jaman saya dulu banyak kambing masuk ruang kelas sekarang jadi kucing, mungkin jaman 20 tahun ke depan sudah banyak Miki mouse...

Secara keseluruhan Bangku Taman adalah keresahan anak muda jaman twitter yang bolak-balik dibilang Dono untuk memfollow ooh Fakir Follower, dimana genre komedi saat ini ukuran sukses dilihat dari banyaknya follower, Raditya Dika 5 juta follower saja saya gak percaya, tapi saya tidak menyalahkan fenomena Fakir Follower ini karena Obama sampai bosnya media terbesar di Surabaya melakukan hal ini. Buat saya kesederhanaan tapi ketika anda mengena di hati para penikmat seni, maka dengan tanpa tekanan dan permintaan untuk memfollow akan datang sendiri. Surabaya sudah haus dengan acara-acara bergizi, dan tidak pragmatis. Saya datang karena saya mengapresiasi apa yang anda lakukan, saya memfollow karena saya suka komunitas ini cukup solid dan mungkin kelak di kemudian hari menjadi komunitas yang bisa menghadirkan hiburan-hiburan berkelas, ibarat di musik anda harus jadi progressive Rock ! 

# kritikan saya adalah jangan terlalu mengumbar kata Jancuk kalau bisa memperkaya dengan kata-kata yang lebih cerdas, jancuk itu memang mbois, surabaya puool....tapi mungkin dimasukkan pada bit yang tepat gak turah sak enggon-enggon....
Bijak selalu keep laugh