Selasa, 17 Juni 2014

Desperate Housewives

Tidak pernah saya berpikir bahwa ada masanya saya berada di rumah, tidak berkarir namun ada ketulusan dalam menjalani, hiburan saya di rumah nonton tv kabel dan salah satu tontonan saya (sebenarnya ini bukan favorit saya) adalah Desperate Housewives. 

Salah satu peran film drama ini yang membuat saya selalu menertawakan diri sendiri adalah peran Eva Longoria sebagai Gabrielle Solis, lucu banget dia punya anak namanya Juanita dan homeschoolling pula serta punya minat yang gampang banget bosan. 


Suatu hari dia mendatangi seorang Romo di ruang pengakuan dosa, bukannya membuat pengakuan dosa dia curhat bisa gila kalau anaknya homeschoolling, dan menginginkan anaknya masuk sekolah Katolik yang cukup bergengsi di daerahnya dan kebetulan Romo yang dikunjungi saat pengakuan dosa adalah salah satu birokrat di sekolah itu, dan dia melempar uang demi memasukkan anaknya sekolah di situ. Dan seperti diduga sang Romo menolak pemberian uang tersebut, namun dia tidak putus asa untuk menemuinya lagi, dan sang Romo bilang Juanita bisa masuk jika ada anak yang mengundurkan diri dari sekolah tersebut.

Saat menemui suaminya di kantor, tanpa sengaja bertemu staff yang cemerlang di kantor suaminya, yang ternyata anaknya bersekolah disana. Makin panaslah Gabrielle sehingga menyarankan sang suami untuk memutasi staff di Miami demi sang anak bisa bersekolah di sana dan sang staff mengalami kenaikan karir.

Di sesi selanjutnya adalah ketika sang anak sudah bersekolah di sana, Gabrielle menghadapi situasi bahwa Susan Mayer dengan anaknya MJ yang bersekolah disana masuk dalam kelompok binatang Macan Tutul. Ada kelas matematika yang dikelompokkan dengan Kelas Tupai, Kelas Jerapah dan Kelas Macan Tutul yang konon adalah kode kepintaran anak. Kelompok Tupai kata si Susan Mayer adalah kelompok anak dengan kemampuan respon lambat. Sang Ibu Gabrielle tidak tinggal diam, bersikap aneh dengan menemui Kepala Sekolah....ternyata ini jadi drama yang kuat sehingga akhirnya antara Gabrielle dan Susan Mayer bertemu serta curhat- curhatan, dan Gabrielle bilang Anak gw si Juanita itu adalah pride gw..dan lucunya Susan Mayer masih nyeletuk kelas bahasa Inggris anaknya MJ di kelas Pinguin dan si Juanita di kelas berang- berang....

Hahaha....drama yang bisa buat kita menertawakan diri sendiri, kalo saya mengantarkan les anak saya terus menunggu hingga kelas selesai, selalu ada ibu- ibu yang heboh tentang ini..., dan saya tidak mau terjebak Drama seperti desperate housewives, saya bilang anak saya bersekolah di homeschoolling, meskipun teman2 satu kelasnya anak SMPN 6 Surabaya, dan saya selalu mensupport anak saya bahwa meskipun berbeda dan kamu mau melanjutkan ke sekolah formal tidak ada salahnya belajar bergaul di kelas tersebut. Apapun hasilnya nanti itu adalah pilihan dia, dan Insha Allah saya  bisa menghargai hasilnya, dan kalau dia masih homeschoolling bisa - bisa saya seperti Gabrielle hahaha....




Jumat, 28 Maret 2014

Pemirsa menunggu 10 besar Stand Up Comedy Indonesia #SUCI4

Masih ada pilihan memilih channel televisi di tanah air yang membuat sehat, Salah satunya nonton progam acara Stand Up Comedy Indonesia dari Kompas TV. Untuk SUCI4 yang disiarkan secara taping dari Balai Kartini Jakarta kami menonton di layar kaca. Tentu banyak editan dan sensor daripada kami menonton live seperti SUCI3 setahun yang lalu di Usmar Ismail.

Tayangan ini dibawakan dengan host yang berbeda dari tahun kemarin yaitu Koh Ernest Prakasa & Babe Cabita pemenang pertama SUCI3 with Muporhadutnya (Muka Porno Hati Dangdut). Pasangan yang sama-sama tidak setinggi pemain basket berinteraksi dengan baik, saling mengisi. Formasi jurinya  tetap, kalau di session sebelumnya hanya 2 juri tetap, yang satunya bergantian kalau tidak Jono, Tora, Pongki Barata, Fenny Rose atau pebalap wanita. Di session 4 kali ini juri tetapnya  adalah Pakde Indro, Raditya Dika, FennyRose 
serta komentator bugil (bule gila) si Jono yang jadi bumbu kekacauan komentator bule yang lagi belajar adat dari berbagai suku di Indonesia. Dan bersama Babe mereka berdua bisa kesurupan.

Sumber Foto : Twitter Kompas TV

Di minggu ke 5 ajang pencarian bakat komika ini temanya Penghargaan Film Horor Indonesia, tersisa dari 16 finalis menjadi 11 finalis, Untuk progam kali ini selalu diumumkan komika favorit pilihan pemirsa yang dilaksanakan via sms. Di 2 minggu pertama favoritnya adalah Dodit Mulyanto dari Surabaya dan minggu ke 3 dan ke 4 berturut - turut adalah Praz dari Padang.  Tentu saja menjadi komika favorit bisa mendapatkan hak istimewa menentukan siapa komika pertama perform dan dia perform di urutan ke berapa. 

Komika pertama yang perform adalah dari kota Bogor yaitu Dzawin. Komika dengan background pesantren ini tampil dengan rilek membawakan materi horor di pesantren yang berlokasi di Banten yang bikin jiper kalau nonton film horor di tempat horor. Membahas Doraemon dengan tokoh Nobita yang ibunya gak pernah ambil rapot, hingga bit terakhir menirukan profil Dodit Mulyanto dengan baik tidak sia-sia ajaran mentor Mathias Muchus sehingga Balai Kartini pecah dan standing appaluse buat komika yang tampil awal ini.

Komika ke 2 Praz dari Padang, dengan set up yang bertele-tele dan dia berusaha meyakinkan kenapa orang Padang cara bicaranya pakai Gua, soalnya bahasa Padang demikian ribetnya seribet bikin rendang, tidak mudah dipahami pemirsa. Penampilan Praz yang bertele-tele tertolong dengan akting dan cara bertuturnya. Kali ini buat gw bitnya kurang mantap lucunya.

Saya sudah lupa urutannya, saya sebut saja Sri, satu-satunya komik wanita yang lucunya ajaib. Pecinta Raditya Dika sehingga hostnya saja istimewa, Raditya Dika sendiri. Sri dengan kekagumannya dengan juri satu ini, cukup membuat pecah ketika dia bercerita jika main film pemirsa pasti tahu dengan siapa dia bermain dan tentunya akan diputar di channel Animal Planet karenajudulnya hewan semua...tingkatkan performamu Sri 

Lian sebenarnya dia menceritakan hal yang keren film 300 dimana 300 prajurit Sparta turun ke medan perang melawan Kekaisaran Persia akibat tidak mau tunduk begitu saja.
Dan rajanya Leonidas, film ini keren dan dibawakan secara komedi bahwa pria beristri lebih senang berperang, jadi kesimpulannya pria lebih takut sama istri daripada perang...Tapi tidak semua penonton tahu film ini jadi deliverynya kurang baik, seharusnya materi ini lebih disederhanakan dengan set up cerita prajurit sparta jumlahnya 300 orang melawan ribuan prajurit Persia.

Arif Alfiansyah dari Surabaya, komik mungil bersuara cemprengnya anak-anak, tapi lincah ini, lebih nendangnya di Kapten Tsubasa daripada ngomongin sinetron dengan menaikkan alis. Lebih diekplore lagi gaya lincahmu yang kayak bola bekel.

Abdur tetap menawan dengan cerita Timurnya, dengan logat khas dan bahasa santunnya khas orang Timur, " Istimewa, berdarah- darah, Mama sayange Hei..." tanpa Asik-asik sudah ketauan dia udah kena pengaruh kota Malang. Saya melihat Abdur pertama kali perform di Unmuh Malang jadi pembuka Mesakkebangsakunya Pandji. Kali ini bit Kepiting Selingkuhnya kurang asyik, tapi mengalir cerita Timur yang konsisten, orisinil seperti membawa kami berada di sana. Abdur mampu memvisualisasikan kondisi disana dengan manusia- manusianya hei Nona potong bebek angsa, Bapa dan kamu Abdur yang gak ngingetin saya Arie Kriting dengan tekling - mata menyalanya. Saya yakin masuk 10 besar kamu sudah membuat pemirsa bilang kamu Abdur bukan Arie Kriting, analoginya lihat Dewi Persik & Anang Hermansyah atau Dodi Is Kahitna sama - sama orang Jember tapi beda.

Nah ini dia salah satu favorit saya komika dari Surabaya, Dodit Mulyanto, wajah natural, lugu medok daerah Selatan Jawa Timur, kalau ke Utara bahasa Jawa Timuran semakin kasar. Memegang erat budaya Eropa kali ini dia tidak membawakan biolanya. 
Sumber Foto : Twitter Kompas TV

Yang bikin saya tak lupa siapa bilang orang Jawa gak gaul pakai blangkon terus, yang jelas sudah pakai topi gaul tulisannya Blangkon. Saya rasa Dodit ini mematahkan bahwa komika selalu memakai kata Gue, dan inilah komika rasa Jawa, analoginya Soimah si cempreng taste hip hop amerika, Dodit komika yang menganut budaya Eropa. Mengingatkan saya dengan penduduk jajahan Belanda di perkebunan dan Dodit adalah pribumi yang kepo dengan permainan biola Noni Londo putri pemilik perkebunan, kemudian Dodit berujar kepada Noni itu kalem tapi menohok buat ketawa. Mungkin itu skenario yang pas kalau Dodit dibuatin film horor.

Hifzi, berbodi besar montok tapi cara berujarnya lucu, menggebu-gebu seperti anak kecil yang minta dibelikan es, anak ini jujur, dan lugu banget. Lucunya itu adalah cara artikulasinya dan celetukan pada akhir bit. Kali ini dia tampil paling maksimal dibanding minggu- minggu sebelumnya. Bit yang lucu Es Teh Si Sri Sayang Bang Radit Pakai Gula Batu.

Yudha Keling, kali ini dia tampil dengan membawakan pesan sponsor Marmut Merah Jambunya, masih membawa kejelekannya di panggung dengan membawa nama Radit buat saya menjadi kurang kreatif. Saya tidak tahu kenapa kali ini Yudha keling tampil tidak seKeling biasanya, bit-bit menertawakan diri sendiri, please Yudha seharusnya kamu tampil membaiklah minggu ini..

Coki silebay dengan gesture semua bisa goyang, seperti Glen Fredly membawakan lagu yang pertama, semua bergoyang. Coky sukses membuat penonton pecah dengan penyiar bola dibawa ke acara pemakaman. Coky banget dengan ketawa yang mengerikan, lebay tapi kali ini berhasil lucunya.

David anak Betawi, sukses juga membawa rasa efek makan semur jengkol, cara khas orang Betawi yang ngomongnya mantek, ketika si Pitung ketemu Iron Man, buat kita semua pecah ketawanya. Ditutup dengan Leha, kopinya 2 seperti membawa saya naik Angkot M24 jurusan Slipi- Rawa Belong - Kebun Jeruk _ Srengseng dimana percakapan Betawi selalu hadir disana. 

Dan akhirnya close mic untuk session 5 adalah Yudha Keling, padahal saya memperkirakan yang tidak aman adalah Praz, Lian, Arif dan Yudha Keling. Dan kandidat close micnya adalah Praz karena flat tapi aktingnya bagus.

Harapan pemirsa adalah SUCI4 harus lebih keren materinya, tahun lalu materinya bagus-bagus, ada rasa Tapanuli lewat Bene, rasa Timur lewat Arie Kriting dan rasa absurb lewat Fico. Kali ini ada rasa Jawa lewat Dodit Mulyanto, rasa Betawi lewat David, rasa Timur lewat Abdur, rasa Alay lewat Coki, rasa pungguk merindukan bulan lewat Sri.

* Penulis adalah seorang ibu rumah tangga yang kepo dengan dunia yang diminati anaknya yaitu Stand Up Comedy untuk menjadikan bahan diskusi dan obrolan menarik di rumah.



Sabtu, 22 Maret 2014

Genre Komedi Demokrasi #BangkuTaman

Teriknya matahari di Kota Surabaya, tidak membuat manusia di kota ini hanya bisa misuh dan bicara kasar. Tetapi orang Surabaya ini terkenal lucunya. Sejarah membuktikan bahwa di jaman penjajahan Jepang pun orang bisa guyonan. Salah satu parikan dari Cak Durasim yang namanya diabadikan menjadi Gedung Taman Budaya Cak Durasim milik pemkot ini adalah "Pagupon Omahe Doro, Melu Nippon Nambah Soro." 

Pemilihan cerdas buat penggagas acara Bangku Taman "Dono" untuk kembali ke Gedung ini agar para komedian tidak melupakan sejarah komedi, meskipun Stand Up Comedy yang diadopsi dari bahasa Inggris seperti komedian-komedian luar tetap tidak melupakan sejarah komedian leluhur Suroboyo. Dijajah Londo tapi tidak melondo. 
Masuk ke Gedung Cak Durasim seperti flash back bahwa tahun 80an, warga Surabaya punya THR dan seperti melihat bapak saya mengajak kami sekeluarga nonton Srimulat, dan masih terbayang candaan almarhum Asmuni "Hil Mustahil", almarhum Gepeng "Untung Ada Saya" , Mamik Prakoso " Mak Bedunduk". Kemudian terbayang kembali saat saya merantau di Jakarta, dimana komunitas arek Suroboyo di kota itu selalu mengajak kami kembali tidak melupakan akar budaya menonton Cak Kartolo di TIM dengan tiket Rp.350.000,- sebelum pertunjukan kita bisa menikmati Lontong Balap, dan Semanggi yang rasanya gak enak dengan harga Rp.20.000 per porsi, bila pakai kerupuk puli harganya nambah lagi jadi tidak include tapi kuliner itu tetap rame timbang di Sepak Jaran demi eksis dadi warga Surabaya yang merantau di Jakarta. 

Karena saya tidak minggat, saya kembali lagi ke Surabaya. Nonton acara Stand Up Comedy yang diperkenalkan oleh anak saya yang bacaan bukunya Raditya Dika, mungkin tahun 80an saya dengernya kaset Prambors, Cak Kartolo, Cak Sidiq jadi baru saya baca 2 halaman wes males neruskan (maklum beda generasi ), dari acara open mic saya mengenal komunitas Stand up Comedy Surabaya, menurut saya lebih baik daripada saya yang ibu-ibu bergaul dengan ibu-ibu arisan di cafe, dan nurut sama anak saya untuk menyukai acara ini, kadang saya bingung kenapa anak saya seperti bapak saya ngajak ke seni pertunjukan komedi, justru kaset - kaset Warkop Prambors yang dibelikan bapak saya kan inisiatif bapak saya, kemudian setelah saya punya anak, justru inisiatif dialah yang membuat saya datang ke acara-acara kompetisi Stand Up Comedy yang diadakan oleh Kompas TV.

Kembali lagi ke Cak Durasim, saya tidak menemukan saat masuk ada booth Starbuck ngopi2 terus ngobrol dulu dengan artis - artis nya seperti di Gedung Kesenian Jakarta. Acara ini jauh dari sponsor dan dukungan pemkot padahal termasuk yang memperkaya hiburan di kota ini. Komunitas Stand Up Surabaya dengan modal twitter secara mandiri membuat hiburan segar dan pertunjukan ini berjalan hanya mengandalkan dari penjualan tiket yang hanya Rp. 25.000 - Rp.35.000 dengan kapasitas penonton 500 orang. Tetap bonek, energi anak muda. Masuk tekape disambut oleh Angga Prameswara tokoh komunitas ini, dan artis-artis Kompas TV, Muslim & Yudit. Seperti keluarga Spongebob square pant manusia-manusia lucu ini ingin membuat nyaman pengunjung untuk hadir ke rumah mereka, dan terbayang wajah-wajah penyuwek tiket, terus terang saya anti kalau lihat tiket yang bisa dijadikan pembatas buku terus disuwek dengan tidak hormat, ternyata kegalauan saya tidak terbukti, sekarang mereka pakai gunting.

Duduk manis sambil mengamati bahwa gedung ini sudah terisi 90% penonton, dengan arahan yang tertib dari para anggota komunitas ini, panggung yang sekeling Yuda Keling (finalis Suci4) dan sorotan Lighting di depan kiri kanan panggung, akhirnya para audien menunggu waktu dengan main Pokopang dan eksis di media sosial. Tanpa backsound, tanpa kehadiran penjual pop corn, dan akhirnya saya pun eksis di twitter, " ayo Dono lang ndang dimulai." 

Dimulai dari kwartet akustik di kiri panggung (dilihat dari posisi penonton) yang semuanya anggota komunitas ini, dan gak tau mau ngapain, sampai salah satu personilnya metik gitar Doremifasollasido udah ditepokin para abege....sampai akhirnya Dono maju, malam ini Dono sang penggagas tampil loyo (mungkin energinya sudah habis mikirin pertunjukan), tidak selucu saat dia ngemce di acara open mic, dan sepertinya dia juga merangkap sebagai Lighting Desainer sehingga perlu teriak sama operatornya Dimmer Mana Dimmer ? (ini bahasa saya bahasanya Dono tidak sembois itu tapi itu maksudnya). Dono tampil sebagai MC pembuka, dan membacakan tata tertib untuk penonton saat pertunjukan. Sudah standard internasional meskipun diselipin dengan khas Dono. Pembukaan acara ini jeda terlalu panjang, tapi terhibur saat semua cahaya sudah digelapin, dan opera dimulai...Untungnya gedung ini punya akustik yang bagus tidak seperti di Grah ITS yang suara bisa ambyar kemana- mana, gak perlu mbayar larang Sound Engineer. 


sumber foto : twitter standupindo Surabaya

Untuk budget hemat property serta penayangan tata cahaya cukup lumayan, meskipun tanpa Follow Spot, serba minimalis buat kaum fotographer dan cameramen video tetap manis diabadikan. Sekali lagi saya salut dengan usaha seni pertunjukan, kalau tidak salah Art Directornya Deddy Gigis ya ? 

Dengan alunan akustik, komika pertama dibuka dengan keresahan Wira atas adegan di Taman, hal yang terjadi membuatnya nampak bullshit diabadikan dengan guyonan segarnya. Komika berpenampilan terbaik ini pasti lolos dari Fashion Police, Old School Fashion Stylenya mampu mencuri abege-abege cewe untuk tepok tangan walaupun Wira banyak misuh untuk cewe unyu-unyu...Kalau Wira lolos jadi finalis Suci4, pasti produser sudah buatin progam Fashion Kepo. Sweater yang mencuri pemerhati fashion membuat Wira sebagai pembuka tampil aman.

Sumber Foto : Twitter StandUpIndo Surabaya

Komika kedua adalah Idham Bangsa, busyet si Nizam mirip banget dengan komika ini. Gaya menaikkan celana khas kegendutan dan mengakhiri dengan pesan-pesan politik, Idham sepertinya nyadar kalau dia berada dalam kepemimpinan tokoh ORBA, yang masih dalam kasus HAM tahun 1998 dia sudah tidak bebas berak di sembarang tempat.

Komik Ketiga Firza, namanya sama ya dengan nama saya. Tapi nama saya dirancang dengan baik karena saya anak pertama dari kata First karena nama bapak saya diawali dengan huruf F nama saya harus pakai huruf F, dan nama sambungannya Firsa Hanita karena ibu saya namanya diawali dengan huruf H, dan saya Wanita...sebenarnya nama yang maksa, tetapi ini buah keromantisan kisah kasih ortu. Dan nama komika ini Firza sebagai anak kedua mungkin karena pas ngasih nama bokapnya lagi mabuk cinta. Komika ini seorang Family Man, mengajak keluarganya untuk menonton dia perform, dan ada empowering bahwa meskipun dengan kenakalannya dia menceritakan bapaknya, tapi ada nada bahwa dia rindu dan cinta akan bapaknya. Buat saya Firza adalah Munaharom = Muka Nakal Hati Roman....semoga kamu jadi komedian sukses yang membanggakan bapakmu ya..


Ada Ubed, pecinta Coboy Junior yang terobsesi jadi Iqbal. Bajoel dengan pisuhannya khas Suroboyo "sakno pacarmu Le....", ada Syahdam dengan komedi berbahasa Inggrisnya semoga cita-citamu bersama Cinta Laura & Agnes Monica untuk Go International lancar jaya seluas wilayah cakupan Indomart. Ada Kardjo anak Teknik Lingkungan ITS sealmamater sama saya, tapi dia anak Wagir, beda jaman kalau jaman saya dulu banyak kambing masuk ruang kelas sekarang jadi kucing, mungkin jaman 20 tahun ke depan sudah banyak Miki mouse...

Secara keseluruhan Bangku Taman adalah keresahan anak muda jaman twitter yang bolak-balik dibilang Dono untuk memfollow ooh Fakir Follower, dimana genre komedi saat ini ukuran sukses dilihat dari banyaknya follower, Raditya Dika 5 juta follower saja saya gak percaya, tapi saya tidak menyalahkan fenomena Fakir Follower ini karena Obama sampai bosnya media terbesar di Surabaya melakukan hal ini. Buat saya kesederhanaan tapi ketika anda mengena di hati para penikmat seni, maka dengan tanpa tekanan dan permintaan untuk memfollow akan datang sendiri. Surabaya sudah haus dengan acara-acara bergizi, dan tidak pragmatis. Saya datang karena saya mengapresiasi apa yang anda lakukan, saya memfollow karena saya suka komunitas ini cukup solid dan mungkin kelak di kemudian hari menjadi komunitas yang bisa menghadirkan hiburan-hiburan berkelas, ibarat di musik anda harus jadi progressive Rock ! 

# kritikan saya adalah jangan terlalu mengumbar kata Jancuk kalau bisa memperkaya dengan kata-kata yang lebih cerdas, jancuk itu memang mbois, surabaya puool....tapi mungkin dimasukkan pada bit yang tepat gak turah sak enggon-enggon....
Bijak selalu keep laugh