Sabtu, 07 Februari 2015

ITS RUMAH KITA SENDIRI

Pada saat saya lahir saya tidak bisa memilih orang tua mana yang saya inginkan. Mungkin juga suatu saat nanti sang Maha Pencipta bisa direquest, saya minta jadi anaknya Sultan Bolkiah, kenapa ? Iya Tuhan soalnya kaya, tapi saya bisa request sama Sultan Bolkiah, kalau saya nikah baju nikahnya tidak berhijab, kan enggak bisa seperti itu juga. 
Bukan kebetulan saya lahir dari kedua orang tua alumni ITS, karena saya rasa tidak ada hal yang namanya kebetulan, pasti ada alasan indahnya. Akhirnya saya ditakdirkan juga masuk ke ITS dan ketiga adik saya pun alumni ITS. Padahal saya ingin sekali kuliah di Bandung di universitas negeri jurusan sosial. Lingkungan pergaulan saya pun akhirnya selektif juga, saya berteman dengan anak-anak yang ortunya alumni ITS, tetapi Maha Pendengar mengabulkan permintaan saya, masuklah saya ke jurusan Teknik Penyehatan, jurusan baru dimana sebagian besar dosennya alumni ITB. Jadi saya merasakan aura keragaman dalam hidup saya, tidak lihat kiri ITS, lihat kanan ITS, maju mundur cantik. Masuk ke jurusan itu, saya selalu menghadapi berbagai pertanyaan dari teman- teman saya, jurusan apa sih ? TP = Teknik Perempuan ? atau jurusan yang membuat alat-alat kesehatan, Jurusan Aerobik supaya sehat selalu :) . Pertanyaan itu selalu muncul ketika di Teknik Penyehatan dan berubah setelah berganti nama menjadi Jurusan Teknik Lingkungan, bukan Progam Studi lagi dari Jurusan Teknik Sipil. 

Saya bukan orang yang gagal move on, tetapi ada kejadian yang lucu pada saat saya duduk di bangku Sekolah Dasar SDK Stella Maris Surabaya, saat itu saya kelas 5 SD, sekitar tahun 1981. Saya adalah penikmat mata pelajaran IPS dan selalu mendapat nilai terbaik dari pelajaran itu, ternyata saya tidak mendapatkan nilai sempurna karena saat menjawab singkatan dari ITS adalah ? Saya jawab Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan jawaban saya dicoret dan saya protes ke guru saya dan memberi bukti nama ITS dan ternyata semua isi kelas menjawab ITS adalah Institut Teknologi Surabaya, sama seperti ITB, dan gurunya pun tidak mau diberi tahu sama saya bahwa kebenaran itu pahit Jendral ! Dan sampai sekarang saya tidak bisa melupakan kejadian itu.

Kembali lagi ke ITS, saya mendapatkan pertanyaan dari senior - senior saya ketika saya yang tidak punya Hak Vote di media sosial lebih mendukung Profesor Joni Hermana daripada kandidat yang sebenarnya saya tahu kapasitasnya tapi alumni ITS. 
Saya tahu teman- teman di Jakarta sungguh mencintai ITS dan selalu memperjuangkan nama ITS menjadi perguruan terbaik di ibukota. Perasaan kecewa bercampur aduk pastilah dirasakan keluarga besar saya yang membesarkan saya di Jakarta, keluarga IKA ITS.
Beda sekali yang saya rasakan di Surabaya, di perantauan kita jauh lebih guyub daripada teman-teman yang begitu lulus mereka menetap di kota Surabaya, bahkan saat reuni jurusan ketika saya minta untuk tetap menyanyikan lagu Hymne ITS, mereka pada kelabakan, gak hafal. Di Jakarta, karena ada event yang melibatkan nama besar ITS, kami jadi hafal lagu itu, bahkan mengusung Paduan Suara Mahasiswa untuk menyanyikan hymne ITS di Jakarta. 
Tidak dapat disalahkan di lingkungan kampus para dosen, karyawan dan mahasiswa lebih memilih kandidat yang ternyata bukan alumni ITS. Saya sebagai mahasiswa dari beliau jelas mendukung beliau bukan karena saya tidak punya golongan darah ITS, tetapi saya lebih berpikir bahwa saya percaya dengan beliau, seorang pendidik, dan saya lulus TAnya diuji oleh beliau, sumber- sumber materi saya juga saya dapatkan dari sepupu saya Teknik Fisika ITB, dan pembimbing TA saya juga alumnus ITB. Tapi dimanapun saya berada saya bangga jadi Alumnus ITS.
Kebiasaan bergaul dengan orang di luar ITS membuat saya di lingkungan pergaulan kerja di Jakarta, saya tidak minder berhadapan dengan alumni manapun juga. Bahkan saya bekerja di perusahaan yang Ownernya lulusan ITB seorang technopreanur, orang Tionghoa, masih merayakan imlek, tetapi ketika rapat ada suara adzan, beliau berkenan saya meninggalkan ruangan untuk menjalankan kewajiban sebagai umat muslim. Di salah satu BUMN saya diterima oleh Bos saya Ketua Iluni UI untuk Bridge, dan saya direkomendasikan teman ITS ke bos saya itu, tapi beliau selalu menghargai saya ketika saya berorganisasi dengan IKA ITS Jakarta Raya, beliau selalu dukung saya. Dan sesekali saya ijin pulang lebih awal karena ada kegiatan alumni di Jakarta. 

Apa yang saya rasakan mudah-mudahan bisa dirasakan oleh Prof.Joni Hermana, dimana kita berpijak disitu langit dijunjung. Di lingkungan kampus Prof Joni jauh lebih populer daripada di lingkungan Alumni ITS, karena memang beliau tidak pernah diundang karena bukan alumni ITS. Menurut saya teman- teman Alumni yang masih kecewa Tidak Kenal Maka Tak Sayang....gitu saja kok repot.
Saya tidak ingin sebagian teman- teman Alumni hanya bisa kecewa, Insha Allah Prof Joni Hermana dapat mewujudkan bahwa ITS adalah rumah kita. Dimana alumni bisa tetap berhubungan baik dengan almamaternya dan civitas akademika yang berada di dalamnya. Lupakan proses pemilihannya, saya rasa biar negoisasi dengan pak Menterinya hebat, saya anggap menterinya menikmati sirup jadi kebanyakan, Suara orang waras masih dikawal lebih 1 suara itu bukan kebetulan, itu adalah Jalannya Allah. 
Di Surabaya ada 2 koran lokal yang memuat berita terpilihnya Rektor ITS, di rumah saya langganan koran Surabaya Post, dan saya beli koran Jawa Pos untuk pembanding berita. 
Nah koran yang satu ini memang lebih provokatif dia berada di Surabaya tetapi nadanya tidak enak, jadi buat resah para alumni di Jakarta. Kalau saya jadi Alumni yang nggerundel, diperdatakan saja korannya karena tidak punya kode etik bagaimana menulis judul yang baik, pemilihan Rektor ini bukan masalah ITB dan ITS, tetapi bagaimana kita memilih orang baik dan orang yang belum mau jadi baik lagi. 
Bacaan saya Surabaya Post, komposisi beritanya eleganlah. 

ITS Rumah Kita Sendiri, sederhana namun maknanya dalam. 
Saya legalisir ijazah saya untuk kepentingan tender, di rektorat ijazah saya dilegalisir sama beliau, saya ndak canggung berada di kampus, yang mungkin orang kampus sudah tidak ingat saya Alumni sana. 
Mari kita dukung bersama, sudah tidak mempermasalahkan lagi alumni mana, darimana kita berasal, dinamika yang kita jalani adalah proses menuju yang terbaik yang kita dapatkan, saya juga tidak menyesali saya lulusan ITS, meskipun saya banyak bekerja di bidang komunikasi. 

Salam Manis Selalu


Bersatulah semua seperti dahuluLihatlah kemuka Keinginan luhur kan terjangkau semua 
- Lirik Lagu Pemuda (Chaseiro) -

Selasa, 17 Juni 2014

Desperate Housewives

Tidak pernah saya berpikir bahwa ada masanya saya berada di rumah, tidak berkarir namun ada ketulusan dalam menjalani, hiburan saya di rumah nonton tv kabel dan salah satu tontonan saya (sebenarnya ini bukan favorit saya) adalah Desperate Housewives. 

Salah satu peran film drama ini yang membuat saya selalu menertawakan diri sendiri adalah peran Eva Longoria sebagai Gabrielle Solis, lucu banget dia punya anak namanya Juanita dan homeschoolling pula serta punya minat yang gampang banget bosan. 


Suatu hari dia mendatangi seorang Romo di ruang pengakuan dosa, bukannya membuat pengakuan dosa dia curhat bisa gila kalau anaknya homeschoolling, dan menginginkan anaknya masuk sekolah Katolik yang cukup bergengsi di daerahnya dan kebetulan Romo yang dikunjungi saat pengakuan dosa adalah salah satu birokrat di sekolah itu, dan dia melempar uang demi memasukkan anaknya sekolah di situ. Dan seperti diduga sang Romo menolak pemberian uang tersebut, namun dia tidak putus asa untuk menemuinya lagi, dan sang Romo bilang Juanita bisa masuk jika ada anak yang mengundurkan diri dari sekolah tersebut.

Saat menemui suaminya di kantor, tanpa sengaja bertemu staff yang cemerlang di kantor suaminya, yang ternyata anaknya bersekolah disana. Makin panaslah Gabrielle sehingga menyarankan sang suami untuk memutasi staff di Miami demi sang anak bisa bersekolah di sana dan sang staff mengalami kenaikan karir.

Di sesi selanjutnya adalah ketika sang anak sudah bersekolah di sana, Gabrielle menghadapi situasi bahwa Susan Mayer dengan anaknya MJ yang bersekolah disana masuk dalam kelompok binatang Macan Tutul. Ada kelas matematika yang dikelompokkan dengan Kelas Tupai, Kelas Jerapah dan Kelas Macan Tutul yang konon adalah kode kepintaran anak. Kelompok Tupai kata si Susan Mayer adalah kelompok anak dengan kemampuan respon lambat. Sang Ibu Gabrielle tidak tinggal diam, bersikap aneh dengan menemui Kepala Sekolah....ternyata ini jadi drama yang kuat sehingga akhirnya antara Gabrielle dan Susan Mayer bertemu serta curhat- curhatan, dan Gabrielle bilang Anak gw si Juanita itu adalah pride gw..dan lucunya Susan Mayer masih nyeletuk kelas bahasa Inggris anaknya MJ di kelas Pinguin dan si Juanita di kelas berang- berang....

Hahaha....drama yang bisa buat kita menertawakan diri sendiri, kalo saya mengantarkan les anak saya terus menunggu hingga kelas selesai, selalu ada ibu- ibu yang heboh tentang ini..., dan saya tidak mau terjebak Drama seperti desperate housewives, saya bilang anak saya bersekolah di homeschoolling, meskipun teman2 satu kelasnya anak SMPN 6 Surabaya, dan saya selalu mensupport anak saya bahwa meskipun berbeda dan kamu mau melanjutkan ke sekolah formal tidak ada salahnya belajar bergaul di kelas tersebut. Apapun hasilnya nanti itu adalah pilihan dia, dan Insha Allah saya  bisa menghargai hasilnya, dan kalau dia masih homeschoolling bisa - bisa saya seperti Gabrielle hahaha....




Jumat, 28 Maret 2014

Pemirsa menunggu 10 besar Stand Up Comedy Indonesia #SUCI4

Masih ada pilihan memilih channel televisi di tanah air yang membuat sehat, Salah satunya nonton progam acara Stand Up Comedy Indonesia dari Kompas TV. Untuk SUCI4 yang disiarkan secara taping dari Balai Kartini Jakarta kami menonton di layar kaca. Tentu banyak editan dan sensor daripada kami menonton live seperti SUCI3 setahun yang lalu di Usmar Ismail.

Tayangan ini dibawakan dengan host yang berbeda dari tahun kemarin yaitu Koh Ernest Prakasa & Babe Cabita pemenang pertama SUCI3 with Muporhadutnya (Muka Porno Hati Dangdut). Pasangan yang sama-sama tidak setinggi pemain basket berinteraksi dengan baik, saling mengisi. Formasi jurinya  tetap, kalau di session sebelumnya hanya 2 juri tetap, yang satunya bergantian kalau tidak Jono, Tora, Pongki Barata, Fenny Rose atau pebalap wanita. Di session 4 kali ini juri tetapnya  adalah Pakde Indro, Raditya Dika, FennyRose 
serta komentator bugil (bule gila) si Jono yang jadi bumbu kekacauan komentator bule yang lagi belajar adat dari berbagai suku di Indonesia. Dan bersama Babe mereka berdua bisa kesurupan.

Sumber Foto : Twitter Kompas TV

Di minggu ke 5 ajang pencarian bakat komika ini temanya Penghargaan Film Horor Indonesia, tersisa dari 16 finalis menjadi 11 finalis, Untuk progam kali ini selalu diumumkan komika favorit pilihan pemirsa yang dilaksanakan via sms. Di 2 minggu pertama favoritnya adalah Dodit Mulyanto dari Surabaya dan minggu ke 3 dan ke 4 berturut - turut adalah Praz dari Padang.  Tentu saja menjadi komika favorit bisa mendapatkan hak istimewa menentukan siapa komika pertama perform dan dia perform di urutan ke berapa. 

Komika pertama yang perform adalah dari kota Bogor yaitu Dzawin. Komika dengan background pesantren ini tampil dengan rilek membawakan materi horor di pesantren yang berlokasi di Banten yang bikin jiper kalau nonton film horor di tempat horor. Membahas Doraemon dengan tokoh Nobita yang ibunya gak pernah ambil rapot, hingga bit terakhir menirukan profil Dodit Mulyanto dengan baik tidak sia-sia ajaran mentor Mathias Muchus sehingga Balai Kartini pecah dan standing appaluse buat komika yang tampil awal ini.

Komika ke 2 Praz dari Padang, dengan set up yang bertele-tele dan dia berusaha meyakinkan kenapa orang Padang cara bicaranya pakai Gua, soalnya bahasa Padang demikian ribetnya seribet bikin rendang, tidak mudah dipahami pemirsa. Penampilan Praz yang bertele-tele tertolong dengan akting dan cara bertuturnya. Kali ini buat gw bitnya kurang mantap lucunya.

Saya sudah lupa urutannya, saya sebut saja Sri, satu-satunya komik wanita yang lucunya ajaib. Pecinta Raditya Dika sehingga hostnya saja istimewa, Raditya Dika sendiri. Sri dengan kekagumannya dengan juri satu ini, cukup membuat pecah ketika dia bercerita jika main film pemirsa pasti tahu dengan siapa dia bermain dan tentunya akan diputar di channel Animal Planet karenajudulnya hewan semua...tingkatkan performamu Sri 

Lian sebenarnya dia menceritakan hal yang keren film 300 dimana 300 prajurit Sparta turun ke medan perang melawan Kekaisaran Persia akibat tidak mau tunduk begitu saja.
Dan rajanya Leonidas, film ini keren dan dibawakan secara komedi bahwa pria beristri lebih senang berperang, jadi kesimpulannya pria lebih takut sama istri daripada perang...Tapi tidak semua penonton tahu film ini jadi deliverynya kurang baik, seharusnya materi ini lebih disederhanakan dengan set up cerita prajurit sparta jumlahnya 300 orang melawan ribuan prajurit Persia.

Arif Alfiansyah dari Surabaya, komik mungil bersuara cemprengnya anak-anak, tapi lincah ini, lebih nendangnya di Kapten Tsubasa daripada ngomongin sinetron dengan menaikkan alis. Lebih diekplore lagi gaya lincahmu yang kayak bola bekel.

Abdur tetap menawan dengan cerita Timurnya, dengan logat khas dan bahasa santunnya khas orang Timur, " Istimewa, berdarah- darah, Mama sayange Hei..." tanpa Asik-asik sudah ketauan dia udah kena pengaruh kota Malang. Saya melihat Abdur pertama kali perform di Unmuh Malang jadi pembuka Mesakkebangsakunya Pandji. Kali ini bit Kepiting Selingkuhnya kurang asyik, tapi mengalir cerita Timur yang konsisten, orisinil seperti membawa kami berada di sana. Abdur mampu memvisualisasikan kondisi disana dengan manusia- manusianya hei Nona potong bebek angsa, Bapa dan kamu Abdur yang gak ngingetin saya Arie Kriting dengan tekling - mata menyalanya. Saya yakin masuk 10 besar kamu sudah membuat pemirsa bilang kamu Abdur bukan Arie Kriting, analoginya lihat Dewi Persik & Anang Hermansyah atau Dodi Is Kahitna sama - sama orang Jember tapi beda.

Nah ini dia salah satu favorit saya komika dari Surabaya, Dodit Mulyanto, wajah natural, lugu medok daerah Selatan Jawa Timur, kalau ke Utara bahasa Jawa Timuran semakin kasar. Memegang erat budaya Eropa kali ini dia tidak membawakan biolanya. 
Sumber Foto : Twitter Kompas TV

Yang bikin saya tak lupa siapa bilang orang Jawa gak gaul pakai blangkon terus, yang jelas sudah pakai topi gaul tulisannya Blangkon. Saya rasa Dodit ini mematahkan bahwa komika selalu memakai kata Gue, dan inilah komika rasa Jawa, analoginya Soimah si cempreng taste hip hop amerika, Dodit komika yang menganut budaya Eropa. Mengingatkan saya dengan penduduk jajahan Belanda di perkebunan dan Dodit adalah pribumi yang kepo dengan permainan biola Noni Londo putri pemilik perkebunan, kemudian Dodit berujar kepada Noni itu kalem tapi menohok buat ketawa. Mungkin itu skenario yang pas kalau Dodit dibuatin film horor.

Hifzi, berbodi besar montok tapi cara berujarnya lucu, menggebu-gebu seperti anak kecil yang minta dibelikan es, anak ini jujur, dan lugu banget. Lucunya itu adalah cara artikulasinya dan celetukan pada akhir bit. Kali ini dia tampil paling maksimal dibanding minggu- minggu sebelumnya. Bit yang lucu Es Teh Si Sri Sayang Bang Radit Pakai Gula Batu.

Yudha Keling, kali ini dia tampil dengan membawakan pesan sponsor Marmut Merah Jambunya, masih membawa kejelekannya di panggung dengan membawa nama Radit buat saya menjadi kurang kreatif. Saya tidak tahu kenapa kali ini Yudha keling tampil tidak seKeling biasanya, bit-bit menertawakan diri sendiri, please Yudha seharusnya kamu tampil membaiklah minggu ini..

Coki silebay dengan gesture semua bisa goyang, seperti Glen Fredly membawakan lagu yang pertama, semua bergoyang. Coky sukses membuat penonton pecah dengan penyiar bola dibawa ke acara pemakaman. Coky banget dengan ketawa yang mengerikan, lebay tapi kali ini berhasil lucunya.

David anak Betawi, sukses juga membawa rasa efek makan semur jengkol, cara khas orang Betawi yang ngomongnya mantek, ketika si Pitung ketemu Iron Man, buat kita semua pecah ketawanya. Ditutup dengan Leha, kopinya 2 seperti membawa saya naik Angkot M24 jurusan Slipi- Rawa Belong - Kebun Jeruk _ Srengseng dimana percakapan Betawi selalu hadir disana. 

Dan akhirnya close mic untuk session 5 adalah Yudha Keling, padahal saya memperkirakan yang tidak aman adalah Praz, Lian, Arif dan Yudha Keling. Dan kandidat close micnya adalah Praz karena flat tapi aktingnya bagus.

Harapan pemirsa adalah SUCI4 harus lebih keren materinya, tahun lalu materinya bagus-bagus, ada rasa Tapanuli lewat Bene, rasa Timur lewat Arie Kriting dan rasa absurb lewat Fico. Kali ini ada rasa Jawa lewat Dodit Mulyanto, rasa Betawi lewat David, rasa Timur lewat Abdur, rasa Alay lewat Coki, rasa pungguk merindukan bulan lewat Sri.

* Penulis adalah seorang ibu rumah tangga yang kepo dengan dunia yang diminati anaknya yaitu Stand Up Comedy untuk menjadikan bahan diskusi dan obrolan menarik di rumah.



Sabtu, 22 Maret 2014

Genre Komedi Demokrasi #BangkuTaman

Teriknya matahari di Kota Surabaya, tidak membuat manusia di kota ini hanya bisa misuh dan bicara kasar. Tetapi orang Surabaya ini terkenal lucunya. Sejarah membuktikan bahwa di jaman penjajahan Jepang pun orang bisa guyonan. Salah satu parikan dari Cak Durasim yang namanya diabadikan menjadi Gedung Taman Budaya Cak Durasim milik pemkot ini adalah "Pagupon Omahe Doro, Melu Nippon Nambah Soro." 

Pemilihan cerdas buat penggagas acara Bangku Taman "Dono" untuk kembali ke Gedung ini agar para komedian tidak melupakan sejarah komedi, meskipun Stand Up Comedy yang diadopsi dari bahasa Inggris seperti komedian-komedian luar tetap tidak melupakan sejarah komedian leluhur Suroboyo. Dijajah Londo tapi tidak melondo. 
Masuk ke Gedung Cak Durasim seperti flash back bahwa tahun 80an, warga Surabaya punya THR dan seperti melihat bapak saya mengajak kami sekeluarga nonton Srimulat, dan masih terbayang candaan almarhum Asmuni "Hil Mustahil", almarhum Gepeng "Untung Ada Saya" , Mamik Prakoso " Mak Bedunduk". Kemudian terbayang kembali saat saya merantau di Jakarta, dimana komunitas arek Suroboyo di kota itu selalu mengajak kami kembali tidak melupakan akar budaya menonton Cak Kartolo di TIM dengan tiket Rp.350.000,- sebelum pertunjukan kita bisa menikmati Lontong Balap, dan Semanggi yang rasanya gak enak dengan harga Rp.20.000 per porsi, bila pakai kerupuk puli harganya nambah lagi jadi tidak include tapi kuliner itu tetap rame timbang di Sepak Jaran demi eksis dadi warga Surabaya yang merantau di Jakarta. 

Karena saya tidak minggat, saya kembali lagi ke Surabaya. Nonton acara Stand Up Comedy yang diperkenalkan oleh anak saya yang bacaan bukunya Raditya Dika, mungkin tahun 80an saya dengernya kaset Prambors, Cak Kartolo, Cak Sidiq jadi baru saya baca 2 halaman wes males neruskan (maklum beda generasi ), dari acara open mic saya mengenal komunitas Stand up Comedy Surabaya, menurut saya lebih baik daripada saya yang ibu-ibu bergaul dengan ibu-ibu arisan di cafe, dan nurut sama anak saya untuk menyukai acara ini, kadang saya bingung kenapa anak saya seperti bapak saya ngajak ke seni pertunjukan komedi, justru kaset - kaset Warkop Prambors yang dibelikan bapak saya kan inisiatif bapak saya, kemudian setelah saya punya anak, justru inisiatif dialah yang membuat saya datang ke acara-acara kompetisi Stand Up Comedy yang diadakan oleh Kompas TV.

Kembali lagi ke Cak Durasim, saya tidak menemukan saat masuk ada booth Starbuck ngopi2 terus ngobrol dulu dengan artis - artis nya seperti di Gedung Kesenian Jakarta. Acara ini jauh dari sponsor dan dukungan pemkot padahal termasuk yang memperkaya hiburan di kota ini. Komunitas Stand Up Surabaya dengan modal twitter secara mandiri membuat hiburan segar dan pertunjukan ini berjalan hanya mengandalkan dari penjualan tiket yang hanya Rp. 25.000 - Rp.35.000 dengan kapasitas penonton 500 orang. Tetap bonek, energi anak muda. Masuk tekape disambut oleh Angga Prameswara tokoh komunitas ini, dan artis-artis Kompas TV, Muslim & Yudit. Seperti keluarga Spongebob square pant manusia-manusia lucu ini ingin membuat nyaman pengunjung untuk hadir ke rumah mereka, dan terbayang wajah-wajah penyuwek tiket, terus terang saya anti kalau lihat tiket yang bisa dijadikan pembatas buku terus disuwek dengan tidak hormat, ternyata kegalauan saya tidak terbukti, sekarang mereka pakai gunting.

Duduk manis sambil mengamati bahwa gedung ini sudah terisi 90% penonton, dengan arahan yang tertib dari para anggota komunitas ini, panggung yang sekeling Yuda Keling (finalis Suci4) dan sorotan Lighting di depan kiri kanan panggung, akhirnya para audien menunggu waktu dengan main Pokopang dan eksis di media sosial. Tanpa backsound, tanpa kehadiran penjual pop corn, dan akhirnya saya pun eksis di twitter, " ayo Dono lang ndang dimulai." 

Dimulai dari kwartet akustik di kiri panggung (dilihat dari posisi penonton) yang semuanya anggota komunitas ini, dan gak tau mau ngapain, sampai salah satu personilnya metik gitar Doremifasollasido udah ditepokin para abege....sampai akhirnya Dono maju, malam ini Dono sang penggagas tampil loyo (mungkin energinya sudah habis mikirin pertunjukan), tidak selucu saat dia ngemce di acara open mic, dan sepertinya dia juga merangkap sebagai Lighting Desainer sehingga perlu teriak sama operatornya Dimmer Mana Dimmer ? (ini bahasa saya bahasanya Dono tidak sembois itu tapi itu maksudnya). Dono tampil sebagai MC pembuka, dan membacakan tata tertib untuk penonton saat pertunjukan. Sudah standard internasional meskipun diselipin dengan khas Dono. Pembukaan acara ini jeda terlalu panjang, tapi terhibur saat semua cahaya sudah digelapin, dan opera dimulai...Untungnya gedung ini punya akustik yang bagus tidak seperti di Grah ITS yang suara bisa ambyar kemana- mana, gak perlu mbayar larang Sound Engineer. 


sumber foto : twitter standupindo Surabaya

Untuk budget hemat property serta penayangan tata cahaya cukup lumayan, meskipun tanpa Follow Spot, serba minimalis buat kaum fotographer dan cameramen video tetap manis diabadikan. Sekali lagi saya salut dengan usaha seni pertunjukan, kalau tidak salah Art Directornya Deddy Gigis ya ? 

Dengan alunan akustik, komika pertama dibuka dengan keresahan Wira atas adegan di Taman, hal yang terjadi membuatnya nampak bullshit diabadikan dengan guyonan segarnya. Komika berpenampilan terbaik ini pasti lolos dari Fashion Police, Old School Fashion Stylenya mampu mencuri abege-abege cewe untuk tepok tangan walaupun Wira banyak misuh untuk cewe unyu-unyu...Kalau Wira lolos jadi finalis Suci4, pasti produser sudah buatin progam Fashion Kepo. Sweater yang mencuri pemerhati fashion membuat Wira sebagai pembuka tampil aman.

Sumber Foto : Twitter StandUpIndo Surabaya

Komika kedua adalah Idham Bangsa, busyet si Nizam mirip banget dengan komika ini. Gaya menaikkan celana khas kegendutan dan mengakhiri dengan pesan-pesan politik, Idham sepertinya nyadar kalau dia berada dalam kepemimpinan tokoh ORBA, yang masih dalam kasus HAM tahun 1998 dia sudah tidak bebas berak di sembarang tempat.

Komik Ketiga Firza, namanya sama ya dengan nama saya. Tapi nama saya dirancang dengan baik karena saya anak pertama dari kata First karena nama bapak saya diawali dengan huruf F nama saya harus pakai huruf F, dan nama sambungannya Firsa Hanita karena ibu saya namanya diawali dengan huruf H, dan saya Wanita...sebenarnya nama yang maksa, tetapi ini buah keromantisan kisah kasih ortu. Dan nama komika ini Firza sebagai anak kedua mungkin karena pas ngasih nama bokapnya lagi mabuk cinta. Komika ini seorang Family Man, mengajak keluarganya untuk menonton dia perform, dan ada empowering bahwa meskipun dengan kenakalannya dia menceritakan bapaknya, tapi ada nada bahwa dia rindu dan cinta akan bapaknya. Buat saya Firza adalah Munaharom = Muka Nakal Hati Roman....semoga kamu jadi komedian sukses yang membanggakan bapakmu ya..


Ada Ubed, pecinta Coboy Junior yang terobsesi jadi Iqbal. Bajoel dengan pisuhannya khas Suroboyo "sakno pacarmu Le....", ada Syahdam dengan komedi berbahasa Inggrisnya semoga cita-citamu bersama Cinta Laura & Agnes Monica untuk Go International lancar jaya seluas wilayah cakupan Indomart. Ada Kardjo anak Teknik Lingkungan ITS sealmamater sama saya, tapi dia anak Wagir, beda jaman kalau jaman saya dulu banyak kambing masuk ruang kelas sekarang jadi kucing, mungkin jaman 20 tahun ke depan sudah banyak Miki mouse...

Secara keseluruhan Bangku Taman adalah keresahan anak muda jaman twitter yang bolak-balik dibilang Dono untuk memfollow ooh Fakir Follower, dimana genre komedi saat ini ukuran sukses dilihat dari banyaknya follower, Raditya Dika 5 juta follower saja saya gak percaya, tapi saya tidak menyalahkan fenomena Fakir Follower ini karena Obama sampai bosnya media terbesar di Surabaya melakukan hal ini. Buat saya kesederhanaan tapi ketika anda mengena di hati para penikmat seni, maka dengan tanpa tekanan dan permintaan untuk memfollow akan datang sendiri. Surabaya sudah haus dengan acara-acara bergizi, dan tidak pragmatis. Saya datang karena saya mengapresiasi apa yang anda lakukan, saya memfollow karena saya suka komunitas ini cukup solid dan mungkin kelak di kemudian hari menjadi komunitas yang bisa menghadirkan hiburan-hiburan berkelas, ibarat di musik anda harus jadi progressive Rock ! 

# kritikan saya adalah jangan terlalu mengumbar kata Jancuk kalau bisa memperkaya dengan kata-kata yang lebih cerdas, jancuk itu memang mbois, surabaya puool....tapi mungkin dimasukkan pada bit yang tepat gak turah sak enggon-enggon....
Bijak selalu keep laugh






Jumat, 22 November 2013

Euforia Sticker Instant Messaging & Sticker Masa Lalu #Begejil

Teknologi semakin murah dengan OS gratisan yang bernama Android membuat smartphone berbandrol 1 jutaan something bisa mengakses Instant Messaging yang sekarang mengIndonesia, gw gak bilang mendunia karena tulisan gw terbatas dengan pengamatan fenomenal teman- teman di lingkungan gw sendiri. 
Bayangin saja gw punya grup chatting dengan kelompok usia 40 tahun ke atas dan yang paling tua berada di situ "tetep Gw". Dengan smartphone berhadiah karena gw nulis Blog Review, kebiasaan gw dari kecil adalah gw bisa melakukan sesuatu jika ada hadiahnya. Pernah saat kelas 2 SD tiba- tiba saja gw bisa jago matematika, paling cepat ngerjaiin tugas di kelas dan betul semua jawabannya terus dapat hadiah buku Chicha Koeswoyo karena saat itu film Chicha sebagai bintang cilik tahun 70an sedang diputar dan sponsor membagikan ke sekolah - sekolah dasar yang letaknya dekat dengan bioskop. Dan sekolah gw SDK Stella Maris Surabaya dekat dengan bioskop yang tempatnya sebelah kantor Pelni kawasan Tugu Pahlawan itu :) .
Chatting Grup tempat gw berhappy ria keren namanya Begejil dengan member 25 orang. Membernya mulai dari calon Profesor hingga ibu-ibu ganjen seperti gw yang mencari keseimbangan diantara kesibukan domestik seperti Ngepel, Umbah-Umbah dan Memasak.
Pemilihan media chattingnya adalah Line, gw tidak tahu kenapa tidak memilih Whatsapp, Kakao Talk, atau WeChat. Selain itu yang masih gw pertahankan hingga kini meskipun sudah lama ditinggalkan temen2 gw adalah YM dan Goggle Talk :) . Di Line tiba- tiba saja gw merasa punya Comfort Zone, bisa pesta pora dengan sticker. Meskipun layar smartphonenya gak begitu besar, sehingga gw mesti ektra keras melihat stickernya ini gambar apa, tanpa ragu meskipun gak sesuai dengan tema yang dilemparkan dipencet aja stickernya kan lucu dan tanpa beban. Bener - bener kemudahan indah dengan layanan penuh cinta. Jadi ingat saat gw remaja, mengekspresikan dengan sticker. 
Ngobrolin sticker di layanan ini ternyata sticker-sticker favorit gw justru saat mengunduh tidak gratisan, nah disini karakter member bisa terbaca. Sticker gratisan disini adalah Moon, Brown, Cherry Coco


Salah satu sticker favorit gw yang gratisan adalah Cherry Coco

Setelah gw mengeksplorasi sticker-sticker gratisan gw lebih ngiler sticker yang berbayar dan ternyata karakter- karakter ini terlihat pada membernya, sebut saja member si Tong , Dhot dan Jeng Mintul punya karakter sticker yang berbayar. Seperti Crayon Sinchan dan karakter-karakter unyu lainnya (ada Smurf, Lilo & Stich, Garfied) pokoknya 3 Member ini menunjukkan kelasnya. Si Juwik lain lagi, sticker yang digunakan adalah sticker pertemanan, elo bisa ngedapatin sticker Paul Mccartney jika  add kanca konci. Dan si Tatock punya sticker lucu, free tapi limited 
ini kesukaan Member Tattock free tapi kudu terbang baru dapat sticker

AIS 3G karakternya si Juwik

Ingatan gw terbang ke masa lalu, saat di bangku kuliah rasanya jika menggunakan sticker ala Sansan Wawa 
Gw jadi ingat stickernya Member Mas Kancut

bisa jadi guyonan dan terjadi Bully di cangkrukan bakso Cak Ri. Ada Ninok Krisnan dan Kiki Emeralda, dan lagi yang agak lebih dikit di atas Sansan Wawa ada harvest, dulu produksi dari merk ini rajanya alay 
setelah gw gugling di mbah punya mesin pencari, lumayan lah gak alay alay banget....

Pilihan gw dan Kiki Emeralda saat itu kalo gak Barunson ya Hallmark, yang puinting kita orang gak pake tas merknya teyengan 
kayak Cherry Coco ya sticker gratisan di LINE

yang seperti Hallmark kalo di Line berbayar yang ini di kelasnya Member Jeng Mintul, Thong & Dhot (nama - nama yang disamarkan)

Demikian Pesta Petasan dengan sticker, selamat datang Line, selamat datang di dunia pertemanan, kelihatannya gak mutu, penuh dengan kaspo, kata Gembul tapi membahagiakan dunia anak. Yang buat anak gw happening adalah cuplikan kata- kata :

"Gembul Wes langsing ?"
"Jelas Durung.."

Gw gak tahu kenapa anak gw bisa ketawa nguakak dengan pernyataan ini, menurutnya ini adalah statement yang lucu banget, padahal ini bahasa para Begejil sehari- hari, ternyata bahagia itu sederhana, dan semoga tulisan di blog gw bisa membuat para Membernya tersenyum dan selalu mengirim sticker yang aneh- aneh lagi sehingga semakin gw penasaran gak mikirin Jemuran aja....

Dedikasi Gw teruntuk Begejil :
Arif Yudo, Jeng Mimin, Kancuter, Tattock, Agatha Iik, Dhodhot, Tongky, Vivid, Juwik, Miss Bintang dan semua orang di member muka bumi ini yang tidak sempat gw ucapin satu- satu...Love It !







Minggu, 17 November 2013

Generasi Tawa Keseriusan Bangsa #Mesakkebangsaku_MLG

Arti Malam Minggu buat orang kebanyakan di muka bumi ini begitu sakral, hingga di sosial media menggunakan mesin pencari dengan kata kunci “ 2M” ini melalui mbah goggle dan masih berbahasa Indonesia saja sudah malas memilahnya, mengerucutkan hingga memutuskan bahwa Malam Minggu Gw... bukan hanya sekedar penghibur diriku ini sayang..(lagunya almarhum Diana Nasution) ataupun Malam Minggu Miko, ternyata masih ada komedian lain yang dari tour ke tour seluruh wilayah Nusantara ini bisa jadi pelipur lara Malam Minggu Gw …bukan pula dua cewe M2M.” Oh my pretty pretty boy I need you....saat mendengar lagu ini selalu mengingatkan gw makhluk minoritas sejagad raya yang jumlahnya bisa diketahui dari situs sosial media khusus…ISTIMEWA…

3M bukan merk sponsor tapi = Malam Minggu Malang

Seistimewa dengan komika dari Malang orang Timur @anaklamakera berlogat ala Ari Kriting tanpa sebuah kata Tekling dan Mata menyala, gw juga baru tahu bahwa guru- guru yang sebentar lagi mau pensiun masih diupayakan oleh pemerintah untuk mendapatkan sertifikasi melalui ujian online, kebayang kalau menyentuh mouse sudah Goyang Itik (Gotik) dan takut kesetrum, Abrur bisa menempatkan diri untuk berceloteh dengan cerdas di panggung UMM dengan danau indahnya ini, dan sebagai generasi X gw juga baru tau ternyata di twitter pun kalau Follback KK ^^ itu kata Alay…padahal di twitter gw jika ada yang Knock-knock begitu ya gw follback aja toh dia udah minta…klik follback doang kok repot :D

Pembuka kedua dilalui oleh komika asal Bekasi Barri @jekibarr mahasiswa BSI yang gw salut dengankuliah di kampus ternama seperti tempat kursus itu dia mampu menertawakan diri sendiri, lucu pula, sosok Cina yang punya nyali serta realistis tidak mengambil kuliah di Binus yang biarpun bayar uang masuknya mahal kampusnya masih di Rawabelong kikik…pindah kek di daerah Pondok Indah atau kawasan Kelapa Gading. Barri pun buat pecah dengan materi kampus berkantin tiang listrik melampaui tiang listrik berikutnya…

Yang tidak sempat gw ceritakan setelah memasuki kedua komika pembuka yang lucu di atas, gw mengapresiasi panitia Stand Up Comedy Malang, melalui tiket tawa.com gw mendapatkan nomor hape Mbak Hani yang direspon dengan manis untuk pembayaran tiketnya transfer ATM kemana. Salut buat Mbak Hani selalu mengkomunikasikan dengan baik via SMS, jam berapa Gate dan penukaran tiket dibuka, supaya kita mendapatkan seat dengan leluasa. Mbak Hani mengingatkan via sms untuk Audien agar datang 1 jam sebelumnya dan tepat waktu. Dan yang buat gw surprise tiketnya kali ini bisa buat Pembatas Buku (budaya yang baik).

Tiket Masuk bisa berguna sebagai pembatas buku

Opening dengan multimedia cukup baik, pemutaran video, musik pembuka dan sukses buat panitia yang membuat acara ini tepat pada waktunya, meskipun sorenya hujan dan dingin di kota Malang, namun malam itu terasa hangat oleh gelak canda.

Saat yang ditunggu tiba, komedian yang sedikit montok dan suka menyanyikan lagu-lagu Kahitna, gw yakin mas Dody Is ke ge-eran kalo gw sebut ternyata gak gw aja yang hafal lagu Kahitna... seKohort kita (bahasa yang gw dapat sebagai murid pak Rhenald Khasali di Rumah Perubahan) Kohort  artinya orang yang memiliki karakteristik serupa, meskipun umur gw jauh di atas Pandji dan dia manggil gw Tante (saat antar anak gw foto bersama Pandji), tapi antara gw dan Pandji hampir ada karakteristik sama.. Saat SD - SMA meskipun gw muslimah gw bersekolah di sekolah Katolik, kuliah di Teknik hanya dia di ITB, dan gw di ITS itupun masih seniornya Cak Lontong :), cara mendidik anaknya gw rasa hampir samalah. Tapi Gw masih perlu belajar sama komedian ini, Pandji juga orang tua maksudnya bukan tua umur tapi punya anak (mungkin yang baca bingung) dan punya audien seangkatan anak gw...serta sosok sukses buat menanam rasa kebangsaan dan nasionalis kepada anak muda di negara ini..
Jadi karena se Kohort itu gw nyambung aja belajar sama Pandji, saat menerangkan kepada Eyang di Malang untuk minta ijin datang ke acara ini, gw perlu menjelaskan bahwa Pandji adalah penulis, dan komedian ...masih agak bingung lalu saya terangkan," Tapi Panji bukan seperti Olga yang pake sepatu Klompen tinggi gaya banci...masih bingung juga...
mau dianalogikan Pandji itu seperti musik Jazz mainstream bukan Dangdut Koplo ! 
Paling gampang bilang Pandji itu laki-laki lucu yang bikin gw meninggalkan Spongebob dan perlu untuk ditonton :D

Yang penting ini buat Pandji, adegan konyol di atas gak bikin celana elo sobek seperti di Stand Up Comedy session 3 - Usmar Ismail, asli nguakak habis...

Yang bisa gw dapat dari beberapa kali melihat performance Pandji, nyambung dengan anak muda masa kini memang tidak gampang. Ketika gw lihat teman - teman seangkatan gw sibuk Nyaleg, sibuk cari peluang jadi Direktur BUMN, sebenarnya saat ini gw miris terhadap negara ini. Sebagai konsultan energi, gw dapat obrolan dari sumber-sumber yang dapat dipercaya tahun depan saat Pemilu, negara ini sudah mengalami defisit yang sangat parah. Subsidi BBM, duit darimana lagi (masa kita bilang urusannya pemerintah). Hampir semua industri di tanah air ini mengalami kolaps, yang ada di bumi Indonesia ini selain karunia Allah, adalah barang impor yang dibuat oleh manusia dan digunakan oleh bangsaku 90% Made in China. 
Hal yang gak penting aja gw berhenti koleksi Hello Kitty sejak bajakannya dari cina masuk Indonesia...

Bayangkan saja Generasi Muda Bangsa ini jika tidak dibuat "Melek" dan disosialisasikan "Kondisi negeri ini." Sekolah bukan mencetak anak didiknya untuk menjadi Inovator tetapi hanya untuk merawat barang- barang yang diimpor dari luar...
Hal yang menyedihkan adalah ketika bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa- jasa mertua Presidennya...ini sudah mengganggu sejarah bangsa men !

Satu hal yang membuat gw tidak lupa, MC di acara ini (maaf gw lupa namanya) mengingatkan Audiens untuk tidak membuang sampah sembarangan. 
Ini kota kecil Bung tapi kamu keren, dan gw punya fakta memalukan untuk anak SMA negeri Favorit di Jakarta Pusat tempat artis muda ngetop yang mirip tante- tante itu sekolah. Saat itu (tahun 2012) gw dan tim dari kampus almamater menginformasikan bahwa di Indonesia ada jurusan Perkapalan, dan anak - anak SMA itu bisa tidak tahu bahwa Indonesia punya pabrik kapal dan ada sekolahnya, dan kebetulan bokap gw alumni SMA itu dan bokap pengajar di almamater dan produksi kapal hingga sekarang baru mereka tepok tangan, karena ada alumninya angkatan Akbar Tanjung gak hanya jadi artis. Tapi ini faktanya setelah acara ini selesai, dengan serempak anak - anak itu berdiri dan meninggalkan sampah berupa botol minuman plastik, dan sampah plastik bekas kue....Pantas Jakarta banjir, gw gak nyangka, dari remaja kelas elit yang berpendidikan tidak punya kebiasaan yang baik dalam mengelolah sampah pribadinya, analoginya abis eek gak disiram...Ini FAKTA !

Gw berharap dari tour Pandji ke daerah- daerah, akan timbul anak-anak muda pembaharu, yang mengerti politik, kondisi negaranya, tidak skeptis terhadap yang sudah terjadi. Dan sekali lagi gw menulis ini untuk #smartreview yang kedua kalinya, gw tidak berharap dapat hadiah tapi keinginan gw untuk mengapresiasi acara ini karena Indonesia membutuhkan wadah cerdas yang bisa dinikmati anak muda untuk bangkit melawan diri sendiri dulu dari bersikap tidak peduli terhadap negeri ini.  

Hal lain yang gw dapat kepercayaan diri anak gw bertambah, dengan belajar ala gw yang tidak hanya belajar dari bangku sekolah, tetapi ada bandingan dari komedian ternama yang mau didengar oleh anak gw membuat gw terbantu untuk menyiapkan anak gw sebagai generasi muda yang jujur, tahu politik dan tidak mudah putus asa. 

Terima kasih Stand Up Comedy Malang yang kece, Management Pandji, kampus UMM 
dan sponsor SMARTFREN yang membuat gw bisa berinternet ria dimanapun gw berada.

Salam Manis Selalu,




Firsa Hanita (Ibunya Rama) & Rama Firmansyah




Minggu, 06 Oktober 2013

Tutur sederhana berbalut kecerdasan di #mesakkebangsakusurabaya

Sebagai seorang ibu, saya punya kewajiban mendampingi anak saya dalam mengembangkan minatnya. Saya bukan ibu orang tua tunggal yang super duper over protektif dalam hal pengasuhan anak, tetapi anak saya yang masih dibawah umur, seorang abg jalan 16 tahun yang dengan senang hati meminta saya untuk mengawalnya kemana-mana. Bukan karena dia jomblo dan menjadikan malam minggu penting. Menurutnya ini adalah momen yang indah ketika masih bisa berjalan bersama ibunya, so sweet Rama :). 
Biasanya jadwal malam minggu Rama adalah rutinitas ke toko buku Gramedia, Makan di Mall dan bila malas menghadapi kemacetan lebih memilih nonton Malam Minggu Miko.
Semenjak kepindahan kami di Surabaya, sempat membuat Rama kehilangan momen-momennya nonton acara Stand Up Comedy di Usmar Ismail, Coffee Toffee Hang Lekir. Tetapi hal itu terhapus sudah setelah saya mengenal  Mbak Rere, browsing di internet dapat nomer hapenya dan dengan gumbira gegap gempita saya menemukan informasi ada acara di tempat kuliah saya dulu, "Merdeka Dalam Bercanda", sejak itulah saya selalu mendapatkan informasi acara - acara yang diadakan Stand Up Surabaya. 
Dan tibalah hari yang dinanti JRENG JRENG tanggal 5 Oktober 2013 hari TNI jatuh di Malam Minggu, meskipun mendapat parkir di Mall Plaza Surabaya, dengan diiringi lagu dangdut Goyang Cesar , "Buka Sithik Joss." yang digelar di parkiran gedung bank Mandiri Pemuda, untuk menuju gedung RRI, saya yang mengalami cedera pinggang bukan akibat diet OCD tetapi karena semangat berolah raga berlebihan, berhasil naik tangga di jembatan penyebrangan dan tidak merasakan sakit di pinggang, kecuali kalau duduk di kursi empuk bisa kambuh lagi hahaha....
Sampai di gedung acara, meskipun saya lahir dan besar di kota ini kemudian bekerja di Jakarta rasanya baru pertama kali saya masuk ke sini dan baru tahu ada Auditoriumnya. Tanya ke petugas parkir, hingga di lantai 2 masih belum menemukan ruangannya, ternyata di lantai 3, Alhamdulillah saat masuk masih mendapatkan sesinya Alphie si anak tunggal, seorang comic liburan naik eskalator yang suka cerita bokap dan nyokapnya yang celeb tweet. Dengan cengiran ketawanya yang khas, Alphie si warga depok pria montok berkacamata  (sudah mirip cara penuturan ala koran Jawa pos) berhasil membuat "Pecaaaaaaaaah arek Suroboyo!" Sukses Alphie !
Setelah sesi Alphie, 2 MC anak- anak Standup Surabaya yang khas dengan ciri Suroboyone membuka #smartcomic yang dinanti oleh Rama yaitu, "Pandji Pragiwaksono. " 

Saat Pandji mulai bicara minoritas saya baru sadar bahwa kehadiran saya adalah seorang ibu angkatan Gen X sementara yang hadir di acara ini adalah anak- anak kelahiran Gen Y. Beda tipis lah meskipun saat saya kuliah masih menggunakan DOS dan AMpro hahaha....

Membuka cerita dengan hal-hal sederhana, kejorokan Pandji dibalut kecerdasan membuat malam minggu ini menjadi renyah, sudah lama tidak ketawa ngakak akibat tekanan pindahan kota, pindahan rumah, renovasi tempat tinggal, adaptasi lingkungan baru buat anak saya, dan detik per detik, menit ke menit membuat Bom Ketawa.....Kwak Kwak Kwak.


dari Ngorok ke kaum minoritas ; orang- orang Difabel (saya tahu Pandji adalah pemerhati kaum difabel dari teman saya yang bekerja di Astra Graphia), keturunan Tionghoa di Indonesia, Kaum Homoseksual, hingga Kaum Wanita. Tidak lupa dibumbuhi tips untuk Perhatian kepada Wanita dan Pengakuan kepada Pria. Buat saya adalah acara ini tidak sekedar entertainment tetapi ada Sex Education buat Rama, dan saya melakukan pendampingan saat dia mendapatkan pelajaran itu, ada yang bisa dijawab oleh saya dan bagi seorang anak abege saya tidak bisa mengajarkan sesuatu yang Hitam dan Putih, yang ada di sekitar kita adalah REALITA dan di saat itu dia harus bisa terima. Hal yang sama ketika dia memilih keluar dari SMP Negeri favorit, dia merasa di Bully dan saya juga bisa menerima ketika dia minta dipindahkan ke Home Schooling. Pendidikan yang diceritakan Pandji itu menjadikan Rama lebih percaya diri, proses menjadi orang berhasil bukan hanya berasal dari sekolah favorit tetapi berhasil itu karena diri kamu sendiri. Dan ketika seorang personal itu berhasil maka sekolahnya menjadi terangkat pamornya. Kenapa ada sekolah favorit ? Karena anak- anak yang bersekolah disana menjadi anak berhasil :) 

Tidak gampang menjadi minoritas, itu yang saya tekankan kepada Rama, satu pelajaran dari Pandji ,"Minoritas itu seperti orang Tionghoa, menguasai perekonomian." Biar Rama bersekolah di homeschooling, Rama tetap cool dan bisa belajar dimana saja termasuk di acara ini. Dan harapannya Pandji dapat menggelar Airborne di kota ini dan Rama menjadi salah satu muridnya. 

Saya tidak menganggap cara penyajian ini jorok, tetapi saya melihat kejujuran. Saya tidak suka menerangkan kepada anak dengan bahasa santun yang membuatnya normatif saja. Terangkan apa adanya, meskipun kesannya jorok tetapi itu cara yang paling jitu untuk anak. Terus terang saja melihat sejarah pergaulan teman- teman saya anak gaul tahun 80 an, ternyata yang hamil duluan adalah anak- anak yang kelihatan santun di luar, dan kelihatan patuh. Saya tidak tahu pastinya, karena tidak ada pencatatan dalam bentuk statistik, tetapi realita yang terjadi demikian. 

Bicara realita bahwa pacar laki- laki sahabat saya yang Gay jauh lebih ganteng dan kaya daripada pacar saya. Dan saya tidak harus marah, terima kenyataan semi pahit itu bahwa sesungguhnya hal ini tidak menjadikan saya pesimis.

Sedikit curcol kembali ke acara itu , Pandji mulai menyelipkan cerita politik ke anak- anak Gen Y, dan realita yang ada di Indonesia. Rama selalu menanyakan kepada saya kenapa stiker pak Harto yang Enak Jamanku toh ada dimana- mana. Kalau saya jawab jujur sama Rama, bahwa jamannya pak Harto kalau buat saya pribadi memang menyenangkan Nak, Kenapa? Saat itu saya masih kinyis- kinyis, langsing, banyak yang naksir hahahaha.......Tetapi yang lebih indah buat saya adalah masa sekarang karena saya bisa menjadi pribadi yang blak-blakan dengan anak saya, kalau dulu saya minta orang tua untuk mengantar ke disko jelas dianggap anak durhaka dan neraka tempatnya. Jaman dulu ke acara ulang tahun 17 an yang ada diskonya jam 9 sudah dijemput ortu, padahal disconya mulai jam 10 malam. Kalau sekarang Rama minta diantar dengerin omong jorok ala Pandji bisa ibu antar tanpa Rama menjadi takut dimarahin. Itu bedanya, kalau dulu ibu bisa bohong ke ortu pengen ke disko sama teman- teman ngomong Tugas Kelompok. Kalau sekarang saya bisa menerangkan sebelum Rama memutuskan mendatangi tempat yang tidak sesuai dengan umurnya. Saya bahagia Rama bisa tumbuh sesuai umurnya tidak seperti Nikita Willy yang kelihatan tante- tante, dan Agnes Monica pengguna blueberry...dan belum tentu kulit Elisabeth Taylor sekencang kulit ibu...

Rasanya terlalu singkat bercanda dalam kecerdasan bersama Pandji, dan sesi tanya jawab membuat kebingungan Rama yang maksud sebenarnya Mengapa Brandingnya Smartfren lebih banyak daripada Pandjinya karena saking seringnya dia melihat foto caleg segede gaban di baliho sepanjang sudut kota. Dan Rama tidak mendapatkan kata yang tepat untuk mengungkapkan sehingga menjadi kebingungan sendiri dalam menjawab pertanyaan Rama. 

Dan buat saya momen menarik adalah kesabaran Rama saat antri mendapatkan tanda tangan dari Pandji di buku "Berani Mengubah." Saya sering dikibulin Rama saat antri membayar di toko buku atau di antrian penjual makanan yang bilang dia kebelet pipis (karena bencinya dia dengan antrian) saat ini karena saya cedera pinggang, saya bilang antri atau gak dapat tanda tangan. Alhamdulillah sebuah proses kesabaran itu berhasil dia lakukan dengan baik. Meskipun sederhana buat saya adalah kemajuan baru. Buat Rama lebih gampang foto dengan Nick Cave seorang composer di film Lawless daripada sama Pandji yang fansnya banyak. 

Sebagai pengguna smartfren anti lelet dan teman mobile Rama kemana- mana dalam melakukan aktifitasnya sebagai penulis muda, Saya mencoba meluangkan waktu buat NgeBlog meskipun menelantarkan cucian karena saya belum punya asisten rumah tangga. 
Harapan saya semoga Rama di Surabaya bisa mendapatkan teman seminat dan seperjuangannya, melalui proses pembelajaran menjadi dewasa yang didapatkan dari lingkungan, apa yang diminati dan Insha Allah ke depan menjadikan pribadi yang tidak mudah menyerah, peka dan berani mengubah.

Indonesia membutuhkan seorang Pandji - Pandji Laskar Muda untuk berani berbicara jujur dan cerdas, seorang komedian bukanlah seorang pria lucu memakai baju ala waria, tetapi Biar gendut berbobot 93 kg seorang komedian tetap lucu meskipun sendirian di atas panggung. Dan PECAAAAAAAAAAAAAH, standing applause buat Pandji .

Buat komunitas standup surabaya Malam ini indah penuh dengan warna, sukses dengan organizer dan mengundang penonton...dan dapat sponsor :)